cara budidaya jahe gajah atau jahe badak
Jahe gajah atau dalam bahasa ilmiahnya (Zingiber officinale) merupakan jenis rempah-rempah yang sangat umum digunakan sebagai bahan untuk minuman, obat-obatan, kosmetika hingga minyak wangi.
Jahe gajah atau jahe badak
Merupakan jahe yang paling penting di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk & rasanya tidak terlalu pedas.
Diperkirakan tanaman ini berasal dari negara India. Namun, ada pula yang mempercayai jahe dari negara cina. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah dan diperdagangkan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, Timur Tengah hingga Amerika latin.
Dalam perdagangan internasional, jahe dikemas dalam bentuk segar, kering, maupun jahe olahan. Menurut data statistik, pasaran jahe sangat menggembirakan.
Batang tanaman jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging berwarna putih, kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Dan tangkai daun halus.
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah, berbentuk bulat telur, dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan, bibir dan kepala putik berwarna ungu.
Rimpang jahe, sebagian besar dipanen pada umur masih muda dan tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu perlu diproses penyimpanan agar tetap layak dikonsumsi. Untuk mendapatkan rimpang jahe yang berkualitas, jahe dipanen pada usia tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua.
Budidaya
Jahe gajah atau jahe badak tidak harus dipanen tua. Dipanen ketika masih muda pun sudah banyak peminatnya. Sampai kini memang masih banyak petani jahe yang beranggapan kalau jahe dipanen muda produksinya bisa menurun dan akhirnya merugikan.
Padahal kalau dihitung, keuntungan yang bisa diperoleh dari mengebunkan jahe gajah, panen muda tidak kalah dengan yang dipanen tua. Cara pemeliharaan tidak jauh berbeda, kecuali perawatan yang lebih intensif. Dalam setahun bisa dua kali panen jahe muda.
Berikut ini cara budidaya
Syarat tumbuh Agar tumbuh baik, tanaman jahe gajah membutuhkan tanah yang subur, banyak mengandung humus, gembur, dan mudah meresapkan air. Daerah penanaman terletak pada ketinggian 200-900 mdpl, dengan curah hujan 2.500-4.000 mm setiap tahunnya, Iklim yang diinginkannya, panas sampai sedang, dengan kelembapan udara tinggi. Suhu udara 21 hingga 35° C sangat baik untuk pertumbuhan rumpunnya.
Selain itu, tanaman jahe gajah lebih banyak menghendaki sinar matahari. Bila ditanam di tempat yang terlindung dari sinar matahari, tanaman hanya akan menghasilkan batang yang meninggi dengan daun lebar, tapi rimpangnya sangat kecil. Hasil seperti itu tentu sangat merugikan, karena yang diinginkan untuk ekspor adalah rimpang yang berukuran besar.
Pengolahan tanah
Persiapan tanam yang pertama kali harus dilakukan. Seminggu sebelum tanam, lahan harus sudah siap. Pengolahan tanah ini biasanya dilakukan 1-2 kali. Caranya, tanah dibersihkan dari rumput atau kotoran lain, kemudian dicangkul. Kalau perlu dibajak untuk membersihkan akar akar dan kotoran yang masih terselip dalam bongkahan tanah.
Setelah itu dibuat bedengan dengan lebar 60 hingga 70 cm dan tinggi 25 hingga 30 cm. Jarak antar bedengan 30 cm, yang biasanya juga dimanfaatkan sebagai saluran air. Untuk komposisi pupuk bisa disesuaikan dengan ukuran lahan, contoh dengan lahan seluas satu hektar,
Bedengan ditaburi campuran 20 hingga 30 ton pupuk kandang. 200 kg TSP dan 300 kg KCI per hektar sebagai pupuk dasar.
Pembibitan dan penanaman
Bibit jahe gajah yang akan digunakan harus sehat dan sudah tua dan berumur 9 hingga 12 bulan. Bibit yang dibutuhkan 2-2,5 ton ha. Ukuran bibit perlu diperhatikan, menurut hasil penelitian, bibit yang berukuran besar lebih tinggi produksinya dibandingkan dengan yang kecil.
Bibit diperoleh dengan memotong atau mematahkan rimpang jahe yang sudah cukup umur, ukurannya kira-kira seberat 40 hingga 80 g. Sebelumnya, rimpang bibit ini ditunaskan lebih dahulu selama 2 hingga 4 minggu di tempat yang lembab dan agak gelap. Setiap potong bibit siap tanam harus memiliki satu tunas yang sudah tumbuh.
Dengan bibit yang sudah bertunas ini, pertumbuhan tanaman akan berlangsung secara serempak. Sebelum ditunaskan, rimpang bibit di cuci bersih, kemudian dipatah-patahkan seukuran 40-80 g.
Rimpang bibit ini direndam dalam larutan Agrimisin 1 % selama 8-10 jam atau Orthocide 50 WP dengan dosis 2,5 g liter air selama 1 jam, agar bibit tidak terserang penyakit layu bakteri, penanamannya dilakukan pada awal musim hujan.
Bibit ditanam dalam alur sedalam 5 hingga 10 cm, dengan jarak tanam 30 x 40 cm. Penempatan bibit dalam alur atau lubang tanam diusahakan agar bibit tidak bersentuhan dengan pupuk kandang. Setelah itu, bibit ditimbun tanah setinggi 5 cm.
Pemeliharaan
Pada umur 3-4 minggu setelah tanam, tanaman jahe diberi 100 kg pupuk urea/ha. Ketika tanaman jahe berumur 6 hingga 8 minggu, diberi juga pupuk yang sama sebanyak 200 kg/ha.
Penyemprotan larutan perangsang tanaman berkonsentrasi 0, 5 m dilakukan saat tanaman berumur 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam dengan dosis 600 l/ha. Penyemprotan dengan zat perangsang tanaman ini dapat meningkatkan 34 % hasil rimpang berumur 3 bulan.
Hama dan penyakit yang mengganggu tanaman jahe gajah ini harus segera diberantas, agar hasilnya tidak menurun. Bila tanaman diserang hama kepik Epilahna sp yang sering melubangi daun, tanaman segera disemprot Dimechron 50 SCW atau Thiodan 36 EC. Ulat penggerek akar Di chorcrosis puntiferalis yang mengakibatkan tanaman mengering dan akhirnya mati dapat diatasi dengan penyemprotan Furadan 3G atau Curater 3G.
Sedangkan penyakit seperti cendawan Phillosticta zingiberi yang menyerang daun yang menimbulkan bercak, dapat diberantas dengan menyemprotkan Dithane M-45. Cendawan Pythium sp dan bakteri Pseu domonas zingiber yang menyebabkan tanaman jahe daun-daunnya mengering dan pangkal batang serta rimpangnya membusuk, lalu mati hanya bisa dihentikan penularannya dengan mencabut tanaman yang terserang.
Pemanenan
Jahe gajah yang dikehendaki untuk ekspor, seratnya harus halus atau tidak berserat sama sekali. Untuk memenuhi persyaratan itu, jahe dipanen pada umur 3 hingga 4 bulan. Setiap hektar tanaman jahe yang dipanen pada umur 4 bulan bisa menghasilkan 18 ton, tapi biasanya rata rata 15 ton.
Pemanenan dengan menggarpu atau menggali tanah di sekitar rimpang. Setelah itu rimpang dibersihkan dari tanah yang melekat. Dengan pemanenan pada umur 4 bulan lahan bisa ditanami dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.
Keperluan bibit untuk penanaman kedua ini, 75-90 % nya dapat disediakan dari bekas bibit untuk penanaman pertama. Caranya, bibit penanaman pertama diambil setelah tanaman membentuk rumpun yang kuat. Namun pada penanaman selanjutnya harus menggunakan bibit baru. Dengan cara ini biaya total per tahun dapat ditekan.
Kandungan vitamin dan kimia
Jahe mentah terdiri dari 79% air,2% protein, 18% karbohidrat dan 1% lemak. Dalam 100 gram jumlah standar yang digunakan untuk membandingkan dengan makanan lain, jahe mentah memasok sekitar 80 Kalori dan mengandung vitamin B6 dalam jumlah sedang atau 12% dari Nilai Harian, DV dan mineral makanan, mangan (11% DV) dan magnesium (12% DV), tetapi sebaliknya rendah kandungan gizi.
Ketika digunakan sebagai bubuk rempah dalam jumlah porsi umum, satu sendok makan AS (5 gram), jahe kering (9% air) memberikan kandungan nutrisi esensial yang dapat diabaikan, dengan pengecualian mangan (70% DV).
Jika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar, jahe memiliki sedikit efek samping negatif. Ini ada dalam daftar FDA yang secara umum diakui sebagai aman, meskipun ia berinteraksi dengan beberapa obat, termasuk obat antikoagulan warfarin dan obat kardiovaskular nifedipine.
Aroma khas kandungan kimia jahe dihasilkan dari minyak atsiri yang menyusun 1-3% dari berat jahe segar, terutama terdiri dari shogaol, Aroma khas jahe yang dihasilkan dari minyak atsiri yang menyusun 1-3% dari berat jahe segar, sebagian besar terdiri dari shogaol, zingerone dan gingerol (1- [4'-hydroxy-3 '-methoxyphenyl] -5-hydroxy-3-decanone) sebagai komposisi pedas utama.
Zingerone diproduksi dari jahe selama proses pengeringan, memiliki aroma yang lebih rendah dan aroma pedas-manis. Shogaol lebih pedas dan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi tetapi tidak ditemukan pada jahe mentah, tetapi terbentuk dari jahe selama pemanasan, penyimpanan atau melalui keasaman.
Jahe segar juga mengandung enzim zingibain yang merupakan sistein protease dan memiliki sifat yang mirip dengan rennet.
- Nilai gizi per 100 g (3,5 ons)
Energi 333 kJ (80 kkal), Karbohidrat 17,77 g, Gula 1,7 g, Serat makanan 2 g, Lemak 0,75 g, Protein1,82 g, Tiamin (B1) 2% 0,025 mg, Riboflavin (B2) 3% 0,034 mg, Niacin (B3) 5% 0,75 mg, Asam Pantotenat (B5) 4% 0,203 mg, Vitamin B6 12% 0,16 mg, Folat (B9) 3% 11 ug, Vitamin C 6% 5 mg
Vitamin E 2% 0,26 mg, Kalsium 2% 16 mg, Besi 5% 0,6 mg, Magnesium 12% 43 mg, Mangan 11% 0,229 mg, Fosfor 5% 34 mg, Kalium 9% 415 mg, Sodium 1% 13 mg, Seng 4% 0,34 mg, Kuantitas air 79 g.
Unit
μg = mikrogram • mg = miligram
IU = Unit internasional
† Persentase diperkirakan secara kasar menggunakan rekomendasi AS untuk orang dewasa.
Sumber: Database Nutrisi USDA.
Baca juga manfaat jamur merang
Efek samping
Reaksi alergi terhadap jahe umumnya menghasilkan ruam. Meskipun secara umum diakui aman, jahe dapat menyebabkan perut mulas dan efek samping lainnya, terutama jika dikonsumsi dalam bentuk bubuk. Ini dapat mempengaruhi individu dengan batu empedu, dan dapat mengganggu efek antikoagulan, seperti warfarin atau aspirin.
Semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar