Budidaya Tanaman Kakao

Budidaya Tanaman Kakao

Tanaman kakao berasal dari Benua Amerika. Decondole mengemukakan bahwa tanaman kakao tumbuh liar di hutan belantara lembah perairan di hulu Sungai Amazone dan Sungai Orinoco.

Namun, pendapat ini menjadi kabur setelah tumbuh pohon kakao liar di hutan belantara Amerika Tengah, New Grenada, dan di beberapa pulau di Kepulauan Antille, yaitu Trinidad, Jamaica & Martinique.

Sistematika
Menurut klasifikasi botani, sistematika kakao adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiceae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma cacao.

Klasifikasi dan Botani Tanaman Kakao


Tanaman kakao mempunyai daerah utama, yaitu di hutan hijau tropis Amerika Tengah pada wilayah selatan Meksiko, Bolivia dan Brasilia yang merupakan tempat-tempat tanaman kakao tumbuh liar. Ada beberapa spesies Theobroma yang diketahui, antara lain sylvestris, Theobroma pentagona, dan Theobroma augustifolia yang merupakan spesies yang awalnya juga dimanfaatkan sebagai penghasil biji campuran.

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk famili Sterculiaceae. Ada beberapa jenis tanaman kakao, yang oleh Cheesman dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Criollo dan Forastero.

Sebelumnya, seorang ahli lain lebih Criollo, Forastero, dan Trinitario. Pengelompokan jenis kakao menurut Cheesman adalah dahulu membedakan kakao atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Criollo
  • a. Central American Criollos.
  • b. South American Criollos.
Criollos adalah kakao yang bermutu baik. Warna buahnya merah atau kuning dengan dinding buah tipis. Ujung buahnya kebanyakan tumpul dan sedikit bengkak. Bijinya besar-besar, dan kotiledon berwarna putih atau jingga.

2. Forastero
  • a. Lower Amazone Forastero.
  • b. Upper Amazone Hybrids.
Forastero umumnya mempunyai mutu rendah sampai sedang, tetapi tanamannya lebih kuat dan lebih produktif. Warna bijinya selalu ungu tua dan gepeng. Rasanya pahit.

3. Trinitario
  • Jenis Trinitario merupakan campuran atau hubrida dari Criollo dan Forastero Acralain sehingga sangat heterogen.
Jenis ini dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu, Angoleta, Armelonado, Cundeamor dan Calabocillo.

Bahan tanaman kakao yang banyak digunakan adalah Upper Amazone Hybrids, sebab produksinya tinggi dan cepat sekali mengalami fase generatif.

Botani

  • 1. Akar
Tanaman kakao yang berasal dari biji (generatif) mempunyai akar tunggang (radix primaria). Panjangnya dapat mencapai delapan meter kearah samping dan sampai 15-20 meter ke arah bawah. Sebaliknya, tanaman yang diperbanyak dengan cara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang tetapi akar serabut yang banyak jumlahnya.

Baru setelah dewasa, tanaman tersebut menumbuhkan dua akar tunggang yang berfungsi seperti akar tunggang, sehingga tanaman dapat tegak, dan kuat, tidak mudah roboh. Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, terutama yang berkaitan dengan air dan udara dalam tanah.
  • 2. Batang dan Cabang
Tinggi tanaman kakao dapat mencapai 8-10 meter, tetapi mempunyai kecenderungan tumbuh lebih pendek jika ditanam tanpa pohon pelindung. Tanaman kakao yang berasal dari biji akan tumbuh menjadi tanaman kakao muda yang berbatang lurus.

Pada umur sekitar 10 bulan batang akan membentuk 3-6 cabang kipas (fanbranches). Titik-titik pertemuan cabang-cabang tersebut (letak cabang primer itu tumbuh) disebut jorquette (jorket, prapatan) tinggi dari permukaan tanah 1-2 meter.

Ketinggian jorket yang ideal adalah 1,2-1,5 meter agar tanaman dapat menghasilkan tajuk yang baik dan seimbang. Perkembangan tunas air, atau yang biasa disebut chumpon, yang tumbuh di bawah jorket akan membentuk jorket lagi, demikian seterusnya sehingga terbentuk 3-4 susunan jorket sampai tinggi tanaman mencapai 4-15 meter.

Jika chumpon atau tunas air dibiarkan tumbuh, akan terbentuk jorket kembali. Karena tunas air ini banyak menyerap energi, pembungaan dan pembuahan akan berkurang. Selanjutnya, tunas air liar perlu dipangkas secara berkala.

Cabang tanaman kakao yang tumbuh ke arah atas disebut cabang orthotrop dan yang ke arah samping disebut cabang plagiotrop.
  • 3. Daun
Percabangan tanaman kakao bersifat dimorphous sehingga kedudukan daunnya juga bersifat dimorphous. Daun kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun berkisar antara 25- 34 cm dan lebarnya 9-12 cm.

Daun yang tumbuh pada ujung tunas biasanya berwarna merah dan disebut daun flush. Permukaannya seperti sutra. Warna daun muda pada saat flush bermacam- macam, tergantung pada tipe atau varietas kakao.

Ada yang berwarna hijau pucat, hijau kemerah- merahan, dan merah, tetapi setelah dewasa warnanya menjadi hijau dan permukaannya kasar.

Tanaman kakao yang berada di bawah naungan akan memiliki daun lebih lebar dan lebih hijau daripada tanaman kakao yang terkena sinar matahari. Karena kakao termasuk tanaman lindung, maka pengaturan pertumbuhan dan cara pengurangan daun akan sangat menentukan pembungaan dan pembuahan.
  • 4. Bunga
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, yang terdiri atas daun kelopak (calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari (androecium) sejumlah 10 helai. Diameter, bunga sekitar 1,5 cm.

Tumbuhnya secara berkelompok pada bantalan bunga yang menempel pada batang tua, cabang, atau ranting. Bunga yang keluar pada ketiak akhirnya akan jadi gemuk membesar. Inilah yang disebut bantalan bunga atau buah.

Bantalan yang ada pada cabang tumbuh bunga disebut ramiflora dan yang ada pada batang tumbuh bunga disebut cauliflora. Serbuk sarinya hanya berdiameter 2-3 mikron, sangat kecil.

Bunga tanaman kakao mempunyai tipe seks mengandung benang sari dan putik. Jumlah bunga mencàpai 5.000–12.000 setiap pohon per tahun, tetapi yang matang hanya 1%. Penyerbukannya dibantu terutama oleh serangga Forcipomya sp.
  • 5. Buah
Kulit buah mempunyai 10 alur yang tebalnya 1-2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian kulit buah dan setalah matang terlepas dari kulit buah.

Buah yang masih muda disebut cherelle, kemudian sampai dengan tiga bulan pertama akan terjadi cherelle wilt, yakni gejala spesifik dari buah kakao yang disebut physiological effect thiming, yaitu buah muda menjadi kering dan mengeras.

Hal ini disebabkan oleh adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara untuk menunjang pertumbuhan buah muda. Kehilangan buah dapat mencapai 80% dari seluruh buah.

Buah kakao yang telah berumur tiga bulan mempunyai panjang sekitar 3-10 cm dan biasanya sudah tidak mengalami cherelle wilt, tetapi berkembang menjadi buah masak jika tidak ada serangan tongkal. Warnanya bermacam-macam dan ukurannya 10-30 cm.

Buah yang sudah masak pada umumnya mempunyai dua warna, yakni kuning atau oranye, sedangkan yang belum masak berwarna hijau muda, hijau tua, atau merah.

Sekitar 5 atau 6 bulan sesudah proses hama atau penyakit. Buah yang sudah masak disebut pod atau penyerbukan buah kakao sudah masak. Setiap tongkal berisi 30-50 biji kakao dengan berat kering antara 0,8-1,3 gram/biji untuk jenis Forastero.

Berat yang ideal adalah 1+0,1 gram. Beberapa jenis tanaman kakao menghasilkan buah yang banyak tetapi bijinya kecil atau sebaliknya.

Syarat Tumbuh Tanaman Kakao


Kakao ditanam di daerah-daerah yang berada pada suhu 10°LU 10°LS tetapi penyebarannya secara umum pada daerah-daerah antara 7°LU sampai dengan 18°LS dan dapat juga pada daerah 20°LU sampai dengan 20°LS.

Dengan demikian di negara Indonesia yang berada pada 5°LU - 10°LS masih sesuai untuk penanaman kakao, bahkan dapat dikatakan ideal jika tidak lebih tinggi dari 80 dpl. Suhu yang baik pada tiap bulan minimum 15°C, maksimum 30°C dan suhu optimum 25,5°C.

Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia, suhu rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas, sehingga daerah-daerah tersebut sangat cocok jika ditanami kakao.

Suhu yang lebih rendah 10°C dari yang dikehendaki oleh tanaman kakao akan mengakibatkan gugur dan mengeringnya bunga kakao sehingga laju pertumbuhannya berkurang.

Tanaman kakao menghendaki kelembaban udara yang tetap dan relatif tinggi, yaitu di atas 80%. Intensitas cahaya yang optimum adalah 50%. Di tanah yang subur tanaman tumbuh dengan baik sampai sekitar 70-80% Suhu 26°C-30°C pada siang hari berpengaruh pada tanaman kakao dalam pembungaan yang lebih baik dibanding pada suhu 23°C.

Demikian juga suhu 26°C pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungan dari pada suhu 23°C - 30°C. Jumlah flush dan luas daun lebih besar pada suhu rendah, demikian juga waktu hidupnya.

Di sebuah penelitian di Indonesia, bahwa ternyata suhu tinggi selama kurun waktu yang panjang berpengaruh terhadap kerat biji. Suhu yang relatif rendah akan menyebabkan biji kakao banyak mengandung lemak tidak jenuh.

Curah hujan yang diharapkan, terdistribusikan sepanjang tahun berkaitan dengan pembentukan tunas muda (flushing) dan agar tanaman kakao dapat berproduksi optimal, maka curah hujan yang diperlukan antara 1.100 3.000 mm/tahun.

Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan hujan tropis yang dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Jika cahaya matahari terlalu banyak menyoroti tanaman kakao, akibatnya lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek.

Menurut kesimpulan sejumlah peneliti, maksimisasi penggunaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis ternyata tidak memberikan pengaruh merugikan bagi pertumbuhan dan produksinya.

Air dan hara merupakan faktor penentu jika kakao akan ditanam dengan sistem tanpa tanaman pelindung sehingga tanaman terus-menerus mendapatkan sinar matahari secara penuh. Daerah pertanian yang mula-mula mencoba menanam kakao tanpa naungan adalah Trinidad dan Ghana.

Di tempat tersebut diperoleh hasil bahan kakao yang ditanam di bawah sinar matahari langsung ternyata lebih tinggi produksinya, tetapi untuk pembibitan masih diperlukan naungan, sebab benih kakao akan lebih lambat pertumbuhannya pada pencahayaan sinar matahari penuh.

Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian indeks luas daun (ILD) optimum. Hal ini dapat diperoleh dengan penataan naungan atau pohon pelindung serta penataan tajuk melalui pemangkasan. Penanaman tanpa pelindung mempersingkat waktu tanam, sehingga menghemat biaya.

Di Malaysia bagian barat dan timur kakao ditanam tanpa pelindung, sebab kondisi iklim memungkinkan. Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal baik persyaratan fisik maupun kimia, yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksinya.

Pada tanah yang mempunyai pH 6-7,5 tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik. Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH antara 4 dan 8, juga pada kedalaman penanaman 1 meter, selebihnya sulit diharapkan, mengingat terbatasnya unsur hara dan efek racun dari Al, Mn dan Fe. Untuk tanaman kakao, pH yang ideal adalah 5,6-7,2.

Pemberian kapur dengan dosis 1,6 kg per pohon per tahun akan menyebabkan pH tanah naik dan hara bagi kakao beraksi menjadi bentuk yang tersedia. Dengan dosis tersebut kemasaman tanah liat pantai dapat ditingkatkan sebesar 1,0 dan 1,3 dari pH awal 4,3.

Kadar zat organik sangat berperan pada sifat kimia tanah di samping faktor keasaman. Kadar tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3%. Kadar tersebut setara dengan 1,75% unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air setara struktur tanah yang gembur.

Kadar zat organik yang yang rendah dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan setelah sisa pemangkasan atau penbenaman kulit buah kakao.

Sedangkan 1.990 kg daun clerisideael hektar/tahun yang jatuh dapat memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg/ha, fosfor 1,6 kg/ha, kalium 25 kg/ha, dan magnesium 9,1 kg/ha.

Di samping sifat kimia, perhatikan sifat fisiknya juga harus diperhatikan pula. Tekstur tanah yang baik bagi tanaman kakao adaļah lempung liat berpasir, yang komposisinya adalah 30-40% faksi liat, 50% dan 10-20% debu. Komposisi ini akan mempengaruh ketersediaan air dan unsur hara serta aerasi tanah.

Struktur yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah tipe regosol dengan tekstur lempeng berliat, walaupun mengandung kerikil, masih baik tanaman kakao.

Tanah tipe latosol yang memiliki faksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang mengutungkan tanamn kakao. Pemberian pupuk nitrogen pada tanah yang drainasenya baik dengan struktur lempung berliat dan lapisan atasnya kaya bahan organik cocok sekali ditamani kakao. Dengan demikian, tanah pantai bertekstur liat masih baik ditanami kakao.
Baca juga budidaya Melinjo

Pesemaian dan Pembibitan


Rendahnya produksi atau biaya pemeliharaan yang tinggi kemungkinan besar disebabkan oleh pemilihan bahan tanaman yang keliru. Dengan demikian memilih biji untuk disiapkan pada persemaian sangatlah penting.

Untuk mendapatkan bahan tanaman biji yang kelak dapat berproduksi tinggi, sebaiknya diperoleh dari kebun benih kakao yang sudah diketahui induknya, bahkan tanaman biji hibrida F1 yang diperoleh di kebun benih kakao yang telah teruji kualitasnya.

Tidak hanya tinggi produksinya, tetapi juga resisten terhadap hama dan penyakit tidak perlu dilakukan pengujian lagi. Jika tidak terdapat kebun benih kakao, bahan tanaman biji dapat diperoleh dari pohon-pohon terpilih di areal pertanaman kakao yang pohonnya berprodukti tìnggi, bebas dari serangan hama dan penyakit, dan dapat berbuah sepanjang tahun.

Biji dikumpulkan dari buah yang sudah matang dan jika buah dibelah pulpnya belum kering. Jika pulp sudah kering, biasanya biji diperiksa. Jika kulit berlubang-lubang dan biji melekat, sebaiknya biji tidak dijadikan bahan tanaman, sebab gejala ini merupakan pertanda serangan conopomorpha cramella cocomot.

Biji yang terdapat di bagian tengah buah, yakni 2/3 bagian, dipilih sebagai bibit. Berat biji yang mengandung pulp untuk bahan tanaman sekitar 2,5 gram. Jika akan dilakukan perbanyakan dengan cara vegetatif, untuk menyediakan bahan tanam vegetatif sebaiknya dipelihara beberapa wiwilan (chupon sebagai sumber mata tunas atau mata steklik tersedia chupon yang cukup, bahan tanaman dapat juga berasal dari cabang plagio tron, dengan demikian sejak awal pertumbuhannya dibutuhkan pengelolaan tajuk yang baik.

A. Persemaian


Untuk pesemaian diperlukan syarat-syarat yang menunjang keberhasilan pesemaian dan sekaligus memperkecil biaya. Lokasi pesemaian yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut:

1. Letaknya dekat sumber air. 2. Tempat harus datar dan tidak miring. 3. Drainase baik. 4. Dekat pengawasan. 5. Terlindung dari tiupan angin dan penyinaran matahari langsung. 6. Transportasi murah.

Pelaksanaan pesemaian harus didahului dengan menyiapkan lahan, yaitu:

1. Rumput dan semak dibersihkan sampai ke permukaan tanah. 2. Pepohonan yang ada ditebang dan dibakar di tempat lain. 3. Batu dan kerikil yang ada disingkirkan.

Petak-petak bedengan dibuat dengan arah utara-selatan dan berukuran 1,5m x 1,5 cm atau perkecambahan biji ukurannya sama dengan bahan dari papan/bambu. Untuk pengecambahan atau pendederan, sebelum disamaikan biji-biji dicelupkan ke dalam larutan formalin 2,5% selama sekitar 10 menit.

Kemudian, biji diletakkan dan agak ditekan ke dalam pasir. Jarak antar biji sebaiknya 2-7 cm. Selanjutnya permukaan bedengan ditutup dengan alang-alang atau jerami setelah dipotong-potong setebal 2,5 cm agar kelembaban dapat dijaga dan agar percikan air siraman jatuh tidak langsung, sehingga posisi biji di pasir tetap.

Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore. Sekitar 4-5 hari benih mulai berkecambah. Untuk memindahkan semaian ke pembibitan, benih yang berkecambah lebih dari 12 hari dibuang, juga yang akarnya bengkok tidak digunakan.

Jika keping benih telah tersembul ke atas atau keping telah terbuka dan sepasang daun kecil telah terbentuk, barulah kecambah dipindahkan ke kantong plastik atau keranjang. Saat pemindahan diupayakan jangan sampai terlambat, agar akar-akar tunggang tidak putus atau sudah bercabang, sebab pertumbuhan sudah lanjut.

B. Pembibitan


Untuk pembibitan, benih kakao harus bebas dari pulp yang melekat. Sebab, pulp akan menyebabkan tumbuhnya jamur dan serangan semut yang mengakibatkan biji busuk. Cara membuang pulp adalah dengan menggosok biji dengan abu dapur atau dengan pasir.

Namun dengan cara ini resiko kerusakan kulit biji menjadi lebih besar. Cara lain dapat dilakukan dengan merendam biji selama 20 menit di dalam air kapur (25 gram setiap 1 liter air).

Biji yang sudah bebas dari pulp dilumuri Dithane M-45 sebelum dikecambahkan agar bebas dari serangan jamur. Dapat juga kita menjemurnya, tetapi jangan sampai biji berkeriput yang menyebabkan persediaan air di dalam biji tidak mencukupi untuk perkecambahan.

Untuk pembibitan diperlukan lokasi yang memenuhi syarat, seperti lokasi persemaian yang dekat lokasi penanaman dan terhindar dari binatang. Persiapan yang diperlukan untuk media pembibitan sama dengan menyemai benih.

Media pembibitan pada kantong plastik atau keranjang berisi campuran tanah atas, pupuk kandang, atau kompos yang sudah matang dengan perbandingan tanah, pupuk, pasir adalah 4:1:1.

Media harus bebas dari uret (coleoptera), kerikil, gumpalan tanah keras, dan kotoran. Agar bebas dari penyakit perlu dicampurkan Dithane M 45 sebanyak 200 gram setiap satu meter media.

Setelah memenuhi syarat, campuran media kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik sampai ketinggian 2 cm. Kemudian, kantong bibit diatur dalam pembibitan dan campuran media disiram.

Kecambah yang sudah memenuhi syarat dipindah untuk ditanam. Caranya adalah dengan membuat lubang pada media sedalam jari telunjuk dan sewaktu memasukkannya harus diusahakan supaya akar tetap dapat berdiri lurus. Selanjutnya, media ditutup.

Setiap lubang dapat diisi satu kecambah. Hal yang sangat penting dalam pembibitan adalah pemeliharaan, terutama terhadap gangguan hama. Jenis hama yang sering menyerang di antaranya adalah:
1. Apogoria (Adorelus), yaitu kumbang kecil berwarna coklat tua dan hitam, yang dapat diberantas dengan Sevin 85 0,2%; Areodin EC 0,1%; dan Bidrin WS 0,05%.

2. Aphis (kutu kecil), yang dapat diberantas dengan Dederop EC 0,1-0,2%; Bayrusil EC 0,1-0,2%

3. Mealybug (kutu putih), yang dapat dibentas dengan Azodrim EC 0,1%; Dederop EC 0,1%; Bayrusil EC 0,1-02% Jika diduga ada serangan jamur, dapat dilakukan penyemprotan Dithane M 45. Ortho Difolatan Derosal dlll 0,1-0,2% dengan rotasi satu kali dalam 15-30 hari.

Jika bibit sudah berumur 2 bulan, dapat dilakukan penjarangan dengan cara menggeser kantong plastik sehingga jarak masing-masing 10-15 cm. Seleksi bibit dilakukan pada:

1. Bibit yang terlalu tinggi atau terlalu pendek dari pertumbuhan rata-rata dalam satu bedengan. 2. Bibit yang kurang biki atau kurang kuat. 3. Bibit yang terserang hama atau penyakit yang agak berat. 4. Bibit yang rusak, seperti patah, bengkok, dan sebagainya. 5. Bibit yang bercabang.

Agar mudah dilakukan pembongkaran, bibit media harus disiram air yang cukup. Daun yang sangat lebar perlu dipotong untuk mengurangi penguapan dan disisakan sekitar 1/3 bagian. sedangkan daun-daun pucuk dibiarkan utuh. Akar bibit yang sudah keluar dari kantong plastik harus dipotong.

Semoga bermanfaat

hartsltg

Komentar

Postingan Populer

Budidaya tanaman koro benguk

Budidaya tanaman porang atau iles-iles

8 manfaat buah pakel atau bajang