Budidaya karet cara okulasi dan batang bawah
Tanaman karet atau (Hevea brasilliensis) merupakan tanaman tahunan dengan siklus hidup relatif lama 25 hingga 30 tahun. Habitus tumbuhan ini merupakan pohon dengan tinggi mencapai 15 hingga 20 meter. Waktu yang diperlukan tanaman karet siap sadap juga relatif lama, yaitu sekitar 5 tahun.
Karet merupakan polimer hidrokarbon yang terkandung dalam lateks dari beberapa jenis tumbuhan. Beberapa tanaman lain juga ada yang menghasilkan getah, getah dengan sedikit berbeda dengan pohon karet, seperti anggota suku ara-ara, beringin & sawo, euphorbiaceae, dan dandelion. Saat ini getah tersebut dapat digunakan untuk pengobatan (guttapercha), sedangkan getah sawo biasa digunakan untuk mengunyah permen karet. Industri karet kini dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi persaingan di industri perkerasan jalan.
Hevea brasiliensis berasal dari Brazil, Amerika Selatan, dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1903. Tanaman ini berasal dari beberapa bibit yang dikirim dari Inggris ke Indonesia pada tahun 1876, sedangkan bibit tersebut berasal dari biji karet yang dikumpulkan oleh HA Wickman, kebangsaan Inggris, dari daerah antara Sungai Tapajoz dan Medeira di tengah Lembah Amazon.
Tanaman karet mempunyai sifat gugur sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik (kekurangan air atau kering).
Budidaya pembibitan karet
Pemilihan bahan tanam atau bibit merupakan faktor yang pertama dan utama dalam usaha ini. Penggunaan bibit yang baik & benar menjadi sangat penting. Apabila terjadi kesalahan dalam memilih bibit dapat mengakibatkan kegagalan dalam satu siklus hidupnya.
Bibit karet yang baik umumnya berupa perpaduan antara batang bawah dan batang atas yang berkualitas baik dan telah memenuhi persyaratan. Batang bawah berasal dari biji dengan persyaratan tertentu. Sementara itu, batang atas berupa klon karet anjuran yang disiapkan sesuai standar.
Di daerah perkebunan karet yang telah maju, permintaan petani karet terhadap bibit okulasi relatif cukup tinggi. Kondisi ini mendorong pengembangan usaha pembibitan oleh penangkar. Membaiknya harga karet akan semakin meningkatkan minat petani untuk menanam karet, sehingga permintaan bibitnya semakin bertambah.
Menghasilkan Bibit Karet yang Baik. Ironisnya, perkembangan industri pembenihan karet masih belum mencukupi, khususnya untuk perkebunan rakyat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari adanya perkebunan karet yang menggunakan bibit asalan atau bibit yang belum klon unggul.
Berdasarkan bentuknya, benih tanaman karet dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:
1. Biji atau benih sebagai batang bawah.
2. Mata entres yang diambil dari kebun entres atau kayu okulasi berupa klon-klon karet unggulan.
3. Bibit hasil okulasi merupakan hasil penggabungan dari dua bentuk benih di atas, berupa stum mata tidur atau bibit polibag. Bibit stum mata tidur merupakan bibit okulasi yang matanya belum bertunas.
Untuk mendapatkan benih siap tanam yang berkualitas baik dan benar, setiap bentuk benih harus memenuhi persyaratannya masing-masing. Dalam upaya mendukung keberhasilan pemulia dalam menghasilkan benih yang bermutu, maka perlu disusun prosedur standar pembibitan karet baik teknis maupun administratif. Prosedur standar meliputi pembangunan kebun batang atas kecil, pengembangan pembibitan batang bawah, dan teknologi untuk memproduksi bibit karet. Peluang usaha di pembibitan karet masih terbuka lebar.
Kebun entres atau kebun kayu okulasi merupakan kebun yang dibangun secara khusus sebagai sumber "mata" dalam proses pembuatan bibit karet dengan teknik okulasi. Umumnya, kebun entres terdiri atas klon-klon unggul karet yang dianjurkan secara komersial berupa benih bina.
Berbagai kegiatan pembangunan kebun entres meliputi pemilihan lokasi, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemurnian, pemanenan entres, pembentukan cabang, dan pengemasan entres untuk pengiriman.
Pemilihan Lokasi Kebun entres umumnya digunakan dalam waktu yang relatif lama sehingga lokasi harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1, Kepemilikan tanah harus jelas, terutama untuk kebun rakyat yang dikelola secara berkelompok.
2. Topografi datar. Jika terpaksa menggunakan lahan miring, buat teras antar rorak untuk meminimalisir bahaya erosi.
3. Dekat dengan jalan raya. Tujuannya untuk memperlancar pengangkutan sarana produksi, pemanenan dan pengawasan.
4. Dekat dengan sumber air. Tujuannya untuk memperlancar penyiraman jika tidak sedang hujan.
5. Bebas dari sumber penyakit.
6. Bebas dari gangguan alam, seperti banjir atau longsor. Luas minimum untuk kebun batang atas tergantung pada jumlah benih yang akan diproduksi. Sebagai pedoman, setiap 0,1 hektar kebun rakyat, pada tahun pertama dapat memenuhi kebutuhan bibit untuk 10 hektar kebun produksi (populasi 500 pohon / hektar).
Setelah itu, pada tahun kedua dan selanjutnya mampu menghasilkan bibit seluas 20 hektar. Setelah lokasi dipilih, dilakukan penyiapan lahan & penataan ruang (pembuatan peta) agar penanaman antar klon tidak tercampur.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk membangun kebun entres harus dilakukan secara sempurna. Adanya pengolahan tanah dapat menurunkan tingkat serangan penyakit jamur akar putih. Pasalnya, kondisi kebun entres yang menggunakan jarak tanam 1 x 1 meter dapat mempercepat terjadinya pertautan akar antartanaman, sehingga terdapat risiko serangan penyakit jamur akar putih.
Pengolahan tanah meliputi pemberantasan gulma, pencegahan erosi, dan pembuatan jalan kontrol. Pemberantasan gulma dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 50 cm, lalu gunakan garpu untuk meratakan tanah. Setelah lahan siap, lakukan pemasangan ajir dan penggalian untuk lubang tanam. Ajir dapat menggunakan kayu atau bambu yang dipasang dengan jarak 1 meter x 1 meter. Sementara itu, untuk penggalian lubang tanam minimum berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.
Penanaman
Sebagai sumber "mata", kemurnian klon yang ditanam di kebun entres harus terjamin. Karena itu, pilih bahan tanam yang telah mendapat rekomendasi dari Pusat Penelitian Karet & unit-unit kerjanya. Bahan tanam yang biasa digunakan untuk penanaman di kebun entres berupa bibit okulasi dalam bentuk polibag yang telah berpayung dua. Artinya, pilihlah bibit okulasi yang mata okulasinya sudah tumbuh hingga memiliki dua tingkat daun.
Pemeliharaan Pemupukan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan mutu entres yang baik, lakukan pemupukan secara teratur. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di antara barisan tanaman secara merata. Pada saat pemupukan, usahakan keadaan tanah lembap dan bebas gulma. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma secara manual dapat dilakukan hingga tanaman berumur enam bulan setelah tanam. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul dengan rotasi 2-3 bulan sekali atau tergantung pada kondisi gulma.
Setelah tanaman berumur lebih dari enam bulan atau batang sudah berwarna cokelat, pengendalian dapat dilakukan secara kimia menggunakan herbisida. Penggunaan herbisida harus dilakukan secara hati-hati, khususnya setelah pelaksanaan okulasi agar tidak merusak mata tunas yang akan tumbuh. Penggunaan jenis herbisida tergantung pada jenis gulma sasaran.
Untuk gulma daun sempit, gunakan herbisida berbahan aktif isopropimalin glifosat atau sulfosat. Sementara itu, untuk gulma daun lebar dapat menggunakan herbisida berbahan aktif metsulforan metal, paraquat, atau kalium picloram. Penggunaan herbisida menyesuaikan dengan dosis yang tertera di label kemasan. Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan rotasi secara tiga bulan sekali.
Pengendalian Penyakit
Penyakit yang ditemukan di kebun biasanya berupa penyakit gugur daun. Penyakit ini bisa disebabkan oleh Colletotrichum sp. Oidium sp, dan Corynespora sp. Pengendalian penyakit gugur daun dapat menggunakan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 0,3% atau Daconil 75WP dengan konsentrasi 0,3% 6.
Cara pengaplikasian dengan cara disemprotkan pada daun muda yang berwarna coklat kemerahan sampai hijau muda sebanyak 3-4 rotasi dengan interval setiap 5-7 hari.
Pemurnian Taman Entres
Pemurnian taman entres merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil tanam yang seragam & benar sesuai jenis klon. Kebun buah murni merupakan salah satu persyaratan sertifikasi yang dilaksanakan oleh Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih (BP2MB) atau pihak yang memiliki kewenangan untuk melakukan sertifikasi.
Pengotor klon karet yang terjadi di kebun dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut:
1. Tunas yang tumbuh berasal dari batang bawah, bukan dari mata okulasi. Kesalahan umum pada tanaman batang atas adalah bahwa pucuk tidak berasal dari mata okulasi. Pasalnya, bibit yang digunakan berupa stum mata tidur dan keterlambatan mengeluarkan pucuk palsu. Selain itu, hal ini juga bisa terjadi karena ketidaktepatan saat memilih benih. Tanaman yang memiliki kondisi tersebut harus dibongkar dan disulam.
2. Tercampurnya Bibit Antar klon. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut:
a. Kesalahan saat okulasi.
b. Penggunaan sumber mata entres yang tidak murni.
c. Kesalahan pada saat bongkar bibit. Ketidakjelasan sumber bibit.
Jika terjadi perbedaan yang jelas antar klon, bongkar atau pindahkan tanaman yang berbeda klon. Ganti sesuai dengan klon di plotnya. Pemurnian biasanya dilakukan pada tahun pertama. Pemurnian klon dilakukan dengan mengamati tanaman secara individual (satu per satu) berdasarkan ciri morfologi setiap klon. Tujuan pemurnian klon yaitu menetapkan tanaman yang harus dibuang secara tepat. Berikut beberapa contoh tanaman yang harus dibuang.
Klon yang berbeda dengan klon lainnya yang terdapat di dalam satu petak. Tanaman kerdil. Tanaman yang terserang penyakit, misalnya terserang jamur akar putih.
Tanaman yang memiliki ciri tersebut sebaiknya diberi tanda untuk memudahkan saat pelaksanaan pembongkaran dan penggantian atau penyulaman.
Pemanenan Entres dan Pembentukan Cabang.
Untuk teknik okulasi cokelat yang dilakukan pada bibit berumur 7-12 bulan, entres yang digunakan sebaiknya memiliki umur yang sama sehingga panen entres dapat dilakukan pada umur 8–12 bulan. Setiap pohon entres hanya dapat dipanen satu batang entres pada tahun pertama. Pemanenan entres dilakukan apabila titik tumbuh (tunas paling atas) dalam kondisi dorman, yaitu tunas di bagian atas tidak dalam kondisi tumbuh tunas baru.
Pemanenan batang atas dilakukan dengan memotong batang atas setinggi 30 cm dari sambungan cangkok dengan kemiringan 45 ° dan olesi potongan dengan TB 192 sebagai penutup luka. Tunas terbaik untuk okulasi adalah mata utama, yaitu mata yang terletak di atas tangkai daun. Untuk mendapatkan mata yang siap pakai, lakukan kompres batang atas terlebih dahulu.
Caranya, potong daun tanpa batang 1-2 minggu sebelum okulasi. Tujuannya agar tangkai daun bisa lepas secara alami. Setelah disobek, tangkai daun biasanya akan layu & rontok dengan sendirinya tanpa menyebabkan kerusakan pada mata sehingga mata okulasi siap digunakan.
Pengemasan untuk Pengiriman.
Pengemasan entres harus dilakukan dengan baik agar kesegarannya tetap terjaga, khususnya untuk pengiriman yang memerlukan waktu hingga dua hari. Berikut teknis pengemasan entres:
1. Potong entres untuk okulasi cokelat sepanjang satu meter.
2. Celupkan kedua ujungnya ke dalam lilin cair untuk mengurangi penguapan.
3. Siapkan kotak kayu untuk mengemas entres sesuai jumlah yang ingin dikirim. Sebagai panduannya, ukuran kotak 50 x 50 x 120 cm dapat memuat 75-100 potong entres.
4. Siapkan serbuk gergaji yang lembap untuk menjaga kelembapan di dalam kotak kayu.
5. Susun entres secara berlapis, lalu taburi setiap lapisnya dengan serbuk gergaji.
6. Tutup peti kotak kayu dan rapatkan menggunakan paku.
7. Setelah tiba di tempat tujuan, letakkan peti tersebut di tempat yang teduh dalam kondisi terbuka.
8. Potong bagian ujung entres yang dilapisi lilin dan celupkan ke dalam air bersih.
Untuk pengiriman jarak dekat dengan waktu tempuh maksimum enam jam biasanya menggunakan pelepah batang pisang (gedebok pisang) sebagai bahan pengemas. Sementara itu, untuk pengiriman dengan waktu tempuh maksimum 24 jam, pembungkus entres dapat menggunakan dua lapis kertas koran yang telah dibasahi.
Penggunaan peti juga diperlukan untuk memudahkan pengemasan bagian luar dan pengaman saat dimasukkan ke dalam alat transportasi pengangkut. Sama seperti fungsi serbuk gergaji, gedebok pisang dan kertas koran berfungsi sebagai bahan untuk menjaga kelembapan di dalam peti. Dalam setiap pengelompokan kemasannya, satu bungkus kertas koran terdiri atas 5-6 potong entres.
Jika jumlah entres terlalu banyak dalam satu kemasan, berisiko menyebabkan mata tunas saling bergesekan sehingga menjadi memar atau rusak.
Manajemen Kebun Entres
Manajemen kebun entres dapat meliputi pengawasan dan pengendalian mutu benih. Kemampuan penangkar dalam proses pembuatan bibit sudah tidak perlu diragukan. Namun, untuk bidang manajemen administrasi, sepertinya penangkar masih perlu pembinaan. Karena itu, kelengkapan administrasi dalam pengawasan dan pengendalian mutu benih menjadi sangat diperlukan. Salah satu dokumen administrasi yang terpenting adalah identitas penangkar itu sendiri.
baca juga budidaya tanaman kelapa sawit
Untuk batang bawah harus menggunakan bibit dari klon yang direkomendasikan untuk batang bawah, seperti AVROS 2037, RRIC 100, BPM 24, GT 1, PB 260, dan PB 330. Untuk mendapatkan kemurnian yang tinggi, kebun yang ditetapkan sebagai sumber bibit harus dalam satu areal dengan luas minimal 15 hektar, berupa klon anjuran batang bawah dan tanaman disekitarnya berupa klon unggul anjuran.
Untuk mendapatkan biji dengan viabilitas yang tinggi, tanaman harus berumur lebih dari 10 tahun. Saat pengecambahan, persentase viabilitas biji minimum 70%. Kesegaran biji biasanya dapat dilihat dari warna biji yang mengilat, tidak cacat, dan bernas. Ciri lainnya dengan cara menjatuhkan biji ke lantai, apabila terpental atau melenting menandakan bijinya masih baik. Selain itu, biji yang masih segar ditunjukkan oleh warna endosperm yang putih & tidak berminyak.
Untuk pengiriman benih dilakukan penyaringan dan pengemasan dalam plastik bening yang berlubang. Gunakan serbuk gergaji agar tetap lembab selama pengiriman. Benih karet diperoleh secara alami (dari jatuh) dan bukan dari tanaman. Oleh karena itu, panen benih sangat tergantung pada kondisi cuaca.
Selain itu, benih karet bersifat bandel, artinya tidak bisa disimpan terlalu lama. Kadar air selama penyimpanan juga harus stabil, tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi yang dapat menyebabkan serangan jamur. Karena itu, penanganan benih karet harus dilakukan secepatnya saat tiba di lokasi persemaian.
Perkecambahan
Biji Perkecambahan biji karet membutuhkan bedengan untuk melindunginya dari panas dan hujan. Bed box terbuat dari papan yang diisi pasir setebal 10 cm. Ukuran bedengan umumnya lebarnya satu meter dan panjangnya tergantung jumlah benih yang ditanam. Letak bedengan memanjang dari utara ke selatan dengan jarak 1,5 meter.
Jika lokasinya di alam terbuka, atap bedengan biasanya terbuat dari rumput yang menghadap ke timur. Atapnya harus agak landai dengan bagian depan setinggi 1,5 meter. Sedangkan bagian belakang lebih landai dengan ketinggian 1 meter. Setiap satu meter persegi bedengan dapat menampung 1.000 benih untuk berkecambah.
Penataan benih di bedengan harus teratur. Jarak antar baris sekitar 1 cm dan jarak antar baris adalah 0,5 cm. Benih dilakukan dengan cara menekan benih ke dalam pasir bersama dengan perut benih (funiculus) menghadap ke bawah. Jangan sampai terlalu dalam, sisakan sepersepuluh biji di atas permukaan pasir. Rawat benih dengan melakukan penyiraman secara rutin agar kelembapannya tetap terjaga.
Penyiapan lahan dan bedengan.
Penyiapan lahan Lokasi persemaian harus memenuhi beberapa persyaratan agar pertumbuhan bibit dapat optimal. Berikut ini adalah persyaratan lokasi persemaian yang baik:
1. Topografi rata.
2. Tanah memiliki tekstur yang baik & cukup gembur.
3. Mudah dijangkau.
4. Berada dekat dengan jalan dan sumber air.
5. Bebas dari gangguan alam, sumber penyakit, dan serangan hewan.
Tujuan utama penyiapan lahan
pembibitan untuk mendapatkan tekstur tanah yang bagus, sehingga mendapatkan bibit dengan akar tunggang yang lurus serta memberikan ruang sehingga pertumbuhannya baik dan menghindari serangan penyakit. Karena itu, pengolahan lahan untuk pembibitan sangat diperlukan bagi penangkar. Lahan ini hendaknya sudah siap saat biji dikecambahkan agar pemindahan kecambah ke pembibitan tidak terlambat.
Pembuatan Bedengan
Pembuatan bedengan di lokasi pembibitan bertujuan untuk memudahkan pengawasan bibit, memudahkan pelaksanaan berbagai pekerjaan, memprediksi jumlah bibit, menghindari tercampurnya bibit, serta memudahkan pengangkutan sarana dan prasarana.
Bedengan pembibitan biasanya dibuat dengan panjang 48 meter dan lebar 2,5 meter dengan jarak antar bedengan 70 cm. Buatkan jalan selebar 4 meter di tengah-tengah areal. Sistem tanam yang digunakan yaitu double row dengan berbagai pilihan jarak tanam.
Berikut beberapa alternatif jarak tanam di bedengan. 30 cm x 30 cm x 50 cm (populasi pohon sekitar 70.000 bibit/ha). 20 cm x 20 cm x 50 cm (populasi sekitar 110.000 bibit/ ha).
Penanaman Kecambah
Setelah 5 sampai 7 hari berada di bedengan penyemaian, pindahkan kecambah ke pembibitan secara bertahap. Pemindahan kecambah ke pembibitan terus berlangsung hingga hari ke-15. Pemindahan kecambah dilakukan dengan menggunakan wadah atau ember yang berisi air untuk menghindari kelayuan dan kerusakan akar.
Sebelum menanam kecambah, pembenih harus terlebih dahulu memotong tanah menggunakan kayu atau besi yang diasah. Semakin dalam tugalannya semakin baik untuk proses penanamannya. Setelah itu, kecambah ditanam dengan akar seluruhnya di dalam lubang dan bijinya rata di permukaan tanah.
Penanaman kecambah sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pemilihan waktu yang tepat bertujuan untuk menghindari stres pada kecambah. Setelah tanam, berikan tekanan pada tanah di sekitar lubang ke dalam.
Pemeliharaan.
Penyiraman sebaiknya dilakukan setiap hari, apalagi jika tidak hujan. Setelah benih berumur satu bulan, penyiraman bisa dihentikan. Pasalnya, tumbuhnya benih sudah stabil. Bibit yang mati, kerdil, dan terlihat mengalami gejala kekuningan harus dicabut dan disulam.
Penyulaman barus dilakukan sesegera mungkin dan maksimum hingga berumur satu bulan. Pemindahan kecambah umumnya dilakukan pada musim hujan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan di lokasi pembibitan batang bawah. Selain area pembibitan bebas dari gulma, beberapa manfaat dari penyiangan di antaranya mengoptimalkan pertumbuhan bibit serta tidak terjadi persaingan dalam pemanfaatan air, unsur hara, dan cahaya matahari.
Penyiangan dilakukan 3-4 minggu sekali, tergantung pada kondisi gulma. Saat bibit masih muda (berumur 4-5 bulan), pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dengan mencabut menggunakan tangan. Pengendalian ini harus hati-hati agar tidak melukai bagian akar dan batang bibit.
Setelah batang karet berwarna cokelat (berumur lebih dari lima bulan), penyiangan gulma umumnya dilakukan secara kimia, menggunakan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan tergantung jenis gulma sasaran dengan dosis penggunaan umum (dapat dilihat pada label kemasan herbisida).
Sementara itu, pada bibit yang sudah dilakukan okulasi tidak dianjurkan menggunakan herbisida. Pasalnya, penggunaan bahan kimia tersebut berisiko merusak mata tempelnya. Pemupukan Untuk memacu pertumbuhan bibit karet, lakukan pemupukan secara teratur dan tepat dosis.
Awalnya, pemupukan pendahuluan diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Gunakan pupuk fosfat sebanyak 750 kg/hektare dengan cara ditabur dan dicampur dengan tanah lapisan atas hingga kedalaman 15-25 cm.
Untuk mengurangi persaingan antara tanaman dan gulma, lakukan penyiangan satu minggu sebelum pemupukan. Selain menggunakan tangan, penyiangan dapat juga dilakukan dengan mencangkul tanah di sekitar tanaman. Setelah penyiangan, buatkan parit dangkal untuk menempatkan pupuk di sekitar barisan bibit. Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk di sekitar parit. Setelah itu, tutup parit dengan tanah kembali.
Pengendalian Penyakit
1. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides yang biasa menyerang pada musim hujan. Secara fisik, tanaman yang terserang dapat terlihat dari daun-daun yang terus berguguran sehingga selalu membentuk pucuk-pucuk baru.
Akibatnya, pertumbuhan bibit tidak optimal dan menyebabkan kulit lengket sehingga pelaksanaan okulasi menjadi terhambat. Pengendalian penyakit gugur daun colletotrichum dapat menggunakan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 0,3% atau Daconil 75 WP dengan konsentrasi 0,3%. Penyemprotan dilakukan untuk stadia daun muda berwarna cokelat kemerahan hingga hijau muda sebanyak 3-4 rotasi dengan interval waktu 5-7 hari.
2. Penyakit Gugur Daun Oidium.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Oidium heveae. Mikroorganisme ini biasanya menyerang saat tumbuh daun muda pada musim kemarau. Daun yang mengalami serangan berat akan menjadi keriput, layu, dan menyebabkan gugurnya daun. Serangan penyakit ini juga berisiko menghambat pertumbuhan, Bahkan, dapat menyebabkan kematian.
Pengendalian penyakit gugur daun oidium dilakukan dengan cara pendebuan menggunakan serbuk belerang murni (belerang cirrus). Untuk pembibitan, perlu menggunakan alat pendebu portable. Pendebuan dilakukan pada awal pembentukan daun-daun baru sebanyak 3-6 rotasi dengan interval 5-7 hari.
Dosis yang digunakan 4-6 kg belerang/ha/rotasi. Pendebuan dilakukan pada pagi hari agar belerang dapat menempel di daun yang masih basah (berembun) dan tidak diterbangkan oleh angin.
3. Penyakit Gugur Daun Corynespora.
Penyakit gugur daun ini disebabkan oleh Corynespora cassiicola. Penyakit ini dapat menyerang daun muda dan daun tua. Untuk daun muda, penyakit ini sebenarnya tidak membentuk bercak jamur yang jelas, tetapi anak daunnya berubah warna menjadi kuning. Daunnya menggulung atau langsung gugur dari tangkainya.
Sementara itu, untuk daun yang lebih tua, jamur membentuk bercak cokelat tua atau hitam. Selain itu, urat- urat daun tampak lebih gelap dibandingkan dengan sekelilingnya sehingga bercak tersebut terlihat menyirip seperti tulang ikan atau menyerupai tetesan tinta hitam di kertas buram.
Penyakit gugur daun corynespora dapat dikendalikan dengan menyemprotkan campuran fungisida Dithane M-45 sebanyak 0,5-1,0 kg dan Calixin 750 EC sebanyak 100-150 cc untuk setiap aplikasi per hektare.
Teknik okulasi dapat dibedakan menjadi okulasi hijau dan okulasi cokelat, tergantung pada umur entres dan batang bawahnya. Pelaksanaan okulasi cokelat dapat dilakukan pada bibit batang bawah mulai umur 6-12 bulan setelah tanam.
Sementara itu, okulasi hijau dapat dimulai saat tanaman berumur empat bulan. Gunakan entres yang sama umurnya. Berikut tahapan kegiatan dalam pelaksanaan okulasi secara umum:
1. Membuat jendela okulasi di batang bawah.
2. Memotong perisai mata entres.
3. Menempelkan perisai mata di batang bawah.
4. Membalut tempelan.
5. Memeriksa hasil okulasi.
6. Pembukaan balutan.
Pelaksanaan
Okulasi Dalam pelaksanaannya, okulasi tidak dapat dilakukan secara serentak untuk semua tegakan bibit. Kriteria bibit siap okulasi di antaranya ukuran batang yang diukur di ketinggian 5 cm dari permukaan tanah telah mencapai 5-7 cm dan titik tumbuh-tunas paling atas-dalam kondisi dorman.
Perhatikan umur kayu okulasi (mata tunas) dan batang bawah, keduanya sebaiknya memiliki umur yang hampir sama. Selain itu, mata okulasi harus berasal dari kebun entre. yang sehat, klon unggul, dan "mata" yang diokulasikan berupa mata prima.
Proses awal okulasi adalah membersihkan batang bawah dari tanah menggunakan kain. Toreh batang secara vertikal, sejajar dengan pisau okulasi. Lebar irisan sekitar sepertiga ukuran batang bawah dengan panjang 7,5 cm hìngga membentuk jendela okulasi
Setelah itu, siapkan entres atau kayu okulasi, lalu bersihkan. Sayat kayu okulasi hingga didapatkan perisai yang berisi mata tunas. Lebar sayatan sebaiknya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela di batang bawah. Penempatan perisai dilakukan dengan membuka bibir jendela dan menyelipkannya dengan hati-hati agar tidak terjadi gesekan pada kambium. Pembukaan bibir jendela dapat dilakukan dari arah atas atau dari bawah (tergantung pada kebiasaan tenaga okulasi). Setelah mata tunas diselipkan, potong "lidah" jendela hingga menyisakan 1,5–2 cm. Tutup bibir jendela hingga rapat dengan cara mengikat atau membalutnya dengan plastik.
Berikut beberapa faktor untuk mendapatkan persentase keberhasilan okulasi yang tinggi:
A. Penggunaan tenaga okulasi (okulator) yang terampil.
B. Kesehatan bibit batang bawah dan batang atas yang prima.
C. Kebersihan alat okulasi dan waktu pelaksanaan okulasi yang tepat.
Keberhasilan okulasi dapat ditentukan dengan melepas penutup plastik setelah 21 hari. Keberhasilan pencangkokan ditunjukkan dengan mata perisai yang tetap segar dan berwarna hijau.
Seleksi dan Pembongkaran Batang Sambung.
Setelah dilakukan pengecekan hasil okulasi pada umur 21 hari, periksa kondisi bibit. Satu minggu kemudian, lakukan pemeriksaan kedua. Dari hasil pemeriksaan kedua ini, membongkar bibit okulasi untuk mendapatkan bibit stum mata tidur (SMT atau OMT).
Sebelum dibongkar, potong bibit okulasi terlebih dahulu. Tinggi pemotongan dari jendela okulasi tergantung pada alat yang digunakan. Apabila menggunakan dongkrak (pulling jack), tinggi pemotongan 50-60 cm dari jendela okulasi.
Jika menggunakan cangkul atau dodos, tinggi pemotongan 7-10 cm dari jendela okulasi. Pemotongan dilakukan menggunakan gergaji dengan arah miring dengan posisi yang lebih tinggi di sekitar bagian tempelan okulasi. Untuk pembongkaran dengan cangkul atau dodos, lakukan penyerongan satu minggu sebelum dibongkar.
Ciri bibit baru siap dibongkar yaitu setelah mata okulasi membengkak. Cara pembongkaran dilakukan dengan cara membuat parit di salah satu sisi bibit yang akan dibongkar sedalam 40 cm dengan jarak dari bibit sekitar 10 cm. Potong akar tunggang di bagian dasar parit, lalu dorong bibit ke arah yang berlawanan dan cabut. Setelah bibit tercabut, sisakan akar tunggang dengan panjang 25-30 cm dan sisakan juga akar serabutnya sepanjang 5 cm. Bibit yang sudah dicabut ini sudah siap sebagai SMT atau OMT. Berdasarkan pengalaman di lapangan, satu HK memiliki kemampuan membongkar bibit dengan cangkul sebanyak 125-150 stum.
Sedangkan sebelum pembongkaran bibit menggunakan dongkrak perlu dilakukan pemangkasan terlebih dahulu. Potong bibit atas setinggi 7-10 cm dari jendela okulasi. Juga, rapikan akar tunggang dan akar lateral. Setelah pemotongan bagian atas dan bagian akar, maka bibit SMT atau OMT sudah siap. Setiap 1 HK dapat menyelesaikan 450 demolition stum by jack.
Saat pembongkaran bibit, jika akar tunggang lebih dari satu, pilih akar yang lurus dan buang akar yang lainnya. Bibit yang memiliki akar pendek, bengkok atau bedenggol tidak memenuhi persyaratan dan dibuang (reject). Bibit dalam bentuk SMT atau OMT sudah dapat langsung ditanam di lapangan, diperjualbelikan, atau dipindahkan ke polibag.
Pengiriman bibit untuk jarak jauh harus memperhatikan pengemasan bibit di dalam kotak kayu dengan menggunakan serbuk gergaji lembap. Dalam satu kotak biasanya berisi 250-350 stum, tergantung pada ukuran stumnya. Sama seperti pembibitan batang bawah dan entres, untuk menghasilkan bibit yang bermutu dan bersertifikat diperlukan kelengkapan administrasi. Berikut beberapa data yang harus dilengkapi oleh penangkar:
Waktu pelaksanaan okulasi.
Pelaksanaan serong dan bongkar.
Jumlah okulasi atau klon.
Persentase keberhasilan okulasi.
Pemeliharaan.
Pemeliharaan bibit di terminal awal dilakukan hingga bibit berkecambah dan berdaun. Setelah itu segera pindahkan bibit ke terminal terakhir. Pemeliharaan yang dilakukan di terminal awal meliputi pewiwilan pucuk semu, pemupukan, penyiraman, pengendalian penyakit, dan pengendalian gulma.
Saat bibit berada di ujung terminal, susun polibag dalam 2-3 baris. Antar baris polybag harus diberi jarak 60-100 cm yang berfungsi sebagai jalur perawatan. Tiap baris polibag berisi 200-300 polibag yang disusun sedemikian rupa. Perawatan yang dilakukan di terminal akhir masih sama dengan proses perawatan di terminal awal.
Pewiwilan
Pewiwilan tunas palsu bertujuan untuk membuang bagian tunas yang tumbuh yang bukan berasal dari mata tempel. Pewiwilan bertujuan untuk membantu mata tunas cepat tumbuh. Waktu dan interval pewiwilan tidak dapat ditentukan secara khusus, tetapi harus dilakukan saat tumbuh "tunas palsu" (tunas yang tumbuh bukan dari mata tempel).
Penyiraman
Penyiraman sebaiknya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Namun, jika musim hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma atau penyiangan dilakukan secara manual dengan rotasi dua minggu sekali atau tergantung pada kondisi pertumbuhan gulma.
Pemupukan
Pemupukan berguna untuk menambah unsur hara diperlukan bibit. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk. Pemupukan dilakukan dengan cara menebar di sekitar dinding polibag. Dosis pemupukan untuk polibag berukuran besar yang memiliki bobot tanah 5 kg/polibaq.
Sementara itu, dosis untuk bibit di dalam polibag kecil yang memiliki bobot 3,5-4 kg dapat menyesuaikannya lebih lanjut berdasarkan konversì perbandingan.
Pengendalian Penyakit
Salah satu penyakit yang sering menyerang bibit karet adalah penyakit jamur akar putih. Pengendaliannya dilakukan dengan cara menaburkan biofungisida Triko SP plus sebanyak 25 gram/polibag di sekeliling tatang tanaman. Sementara itu, pengendalian penyakit hampir sama dengan pengendalian yang dilakukan pada pembibitan batang bawah.
Seleksi Bibit
Untuk mendapatkan mutu bibit karet yang baik, lakukan seleksi bibit di dalam polibag pada umur 3-3,5 bulan setelah tanam. Berikut beberapa kriteria bibit lolos seleksi. Tinggi payung daun pertama lebih dari 25 cm dengan diameter minimum 8 mm. Pengukuran ketinggian - mulai dari pertautan okulasi hingga ke titik tumbuh. Sementara itu, diameter batang diukur di ketinggian 10 cm dari pertautan okulasi. Daun berwarna hijau, terlihat segar, serta bebas hama & penyakit.
Semoga bermanfaat
3. Bibit hasil okulasi merupakan hasil penggabungan dari dua bentuk benih di atas, berupa stum mata tidur atau bibit polibag. Bibit stum mata tidur merupakan bibit okulasi yang matanya belum bertunas.
Untuk mendapatkan benih siap tanam yang berkualitas baik dan benar, setiap bentuk benih harus memenuhi persyaratannya masing-masing. Dalam upaya mendukung keberhasilan pemulia dalam menghasilkan benih yang bermutu, maka perlu disusun prosedur standar pembibitan karet baik teknis maupun administratif. Prosedur standar meliputi pembangunan kebun batang atas kecil, pengembangan pembibitan batang bawah, dan teknologi untuk memproduksi bibit karet. Peluang usaha di pembibitan karet masih terbuka lebar.
Kebun entres atau kebun kayu okulasi merupakan kebun yang dibangun secara khusus sebagai sumber "mata" dalam proses pembuatan bibit karet dengan teknik okulasi. Umumnya, kebun entres terdiri atas klon-klon unggul karet yang dianjurkan secara komersial berupa benih bina.
Berbagai kegiatan pembangunan kebun entres meliputi pemilihan lokasi, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemurnian, pemanenan entres, pembentukan cabang, dan pengemasan entres untuk pengiriman.
Pemilihan Lokasi Kebun entres umumnya digunakan dalam waktu yang relatif lama sehingga lokasi harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1, Kepemilikan tanah harus jelas, terutama untuk kebun rakyat yang dikelola secara berkelompok.
2. Topografi datar. Jika terpaksa menggunakan lahan miring, buat teras antar rorak untuk meminimalisir bahaya erosi.
3. Dekat dengan jalan raya. Tujuannya untuk memperlancar pengangkutan sarana produksi, pemanenan dan pengawasan.
4. Dekat dengan sumber air. Tujuannya untuk memperlancar penyiraman jika tidak sedang hujan.
5. Bebas dari sumber penyakit.
6. Bebas dari gangguan alam, seperti banjir atau longsor. Luas minimum untuk kebun batang atas tergantung pada jumlah benih yang akan diproduksi. Sebagai pedoman, setiap 0,1 hektar kebun rakyat, pada tahun pertama dapat memenuhi kebutuhan bibit untuk 10 hektar kebun produksi (populasi 500 pohon / hektar).
Setelah itu, pada tahun kedua dan selanjutnya mampu menghasilkan bibit seluas 20 hektar. Setelah lokasi dipilih, dilakukan penyiapan lahan & penataan ruang (pembuatan peta) agar penanaman antar klon tidak tercampur.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk membangun kebun entres harus dilakukan secara sempurna. Adanya pengolahan tanah dapat menurunkan tingkat serangan penyakit jamur akar putih. Pasalnya, kondisi kebun entres yang menggunakan jarak tanam 1 x 1 meter dapat mempercepat terjadinya pertautan akar antartanaman, sehingga terdapat risiko serangan penyakit jamur akar putih.
Pengolahan tanah meliputi pemberantasan gulma, pencegahan erosi, dan pembuatan jalan kontrol. Pemberantasan gulma dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 50 cm, lalu gunakan garpu untuk meratakan tanah. Setelah lahan siap, lakukan pemasangan ajir dan penggalian untuk lubang tanam. Ajir dapat menggunakan kayu atau bambu yang dipasang dengan jarak 1 meter x 1 meter. Sementara itu, untuk penggalian lubang tanam minimum berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.
Penanaman
Sebagai sumber "mata", kemurnian klon yang ditanam di kebun entres harus terjamin. Karena itu, pilih bahan tanam yang telah mendapat rekomendasi dari Pusat Penelitian Karet & unit-unit kerjanya. Bahan tanam yang biasa digunakan untuk penanaman di kebun entres berupa bibit okulasi dalam bentuk polibag yang telah berpayung dua. Artinya, pilihlah bibit okulasi yang mata okulasinya sudah tumbuh hingga memiliki dua tingkat daun.
Pemeliharaan Pemupukan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan mutu entres yang baik, lakukan pemupukan secara teratur. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di antara barisan tanaman secara merata. Pada saat pemupukan, usahakan keadaan tanah lembap dan bebas gulma. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma secara manual dapat dilakukan hingga tanaman berumur enam bulan setelah tanam. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul dengan rotasi 2-3 bulan sekali atau tergantung pada kondisi gulma.
Setelah tanaman berumur lebih dari enam bulan atau batang sudah berwarna cokelat, pengendalian dapat dilakukan secara kimia menggunakan herbisida. Penggunaan herbisida harus dilakukan secara hati-hati, khususnya setelah pelaksanaan okulasi agar tidak merusak mata tunas yang akan tumbuh. Penggunaan jenis herbisida tergantung pada jenis gulma sasaran.
Untuk gulma daun sempit, gunakan herbisida berbahan aktif isopropimalin glifosat atau sulfosat. Sementara itu, untuk gulma daun lebar dapat menggunakan herbisida berbahan aktif metsulforan metal, paraquat, atau kalium picloram. Penggunaan herbisida menyesuaikan dengan dosis yang tertera di label kemasan. Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan rotasi secara tiga bulan sekali.
Pengendalian Penyakit
Penyakit yang ditemukan di kebun biasanya berupa penyakit gugur daun. Penyakit ini bisa disebabkan oleh Colletotrichum sp. Oidium sp, dan Corynespora sp. Pengendalian penyakit gugur daun dapat menggunakan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 0,3% atau Daconil 75WP dengan konsentrasi 0,3% 6.
Cara pengaplikasian dengan cara disemprotkan pada daun muda yang berwarna coklat kemerahan sampai hijau muda sebanyak 3-4 rotasi dengan interval setiap 5-7 hari.
Pemurnian Taman Entres
Pemurnian taman entres merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil tanam yang seragam & benar sesuai jenis klon. Kebun buah murni merupakan salah satu persyaratan sertifikasi yang dilaksanakan oleh Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih (BP2MB) atau pihak yang memiliki kewenangan untuk melakukan sertifikasi.
Pengotor klon karet yang terjadi di kebun dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut:
1. Tunas yang tumbuh berasal dari batang bawah, bukan dari mata okulasi. Kesalahan umum pada tanaman batang atas adalah bahwa pucuk tidak berasal dari mata okulasi. Pasalnya, bibit yang digunakan berupa stum mata tidur dan keterlambatan mengeluarkan pucuk palsu. Selain itu, hal ini juga bisa terjadi karena ketidaktepatan saat memilih benih. Tanaman yang memiliki kondisi tersebut harus dibongkar dan disulam.
2. Tercampurnya Bibit Antar klon. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut:
a. Kesalahan saat okulasi.
b. Penggunaan sumber mata entres yang tidak murni.
c. Kesalahan pada saat bongkar bibit. Ketidakjelasan sumber bibit.
Jika terjadi perbedaan yang jelas antar klon, bongkar atau pindahkan tanaman yang berbeda klon. Ganti sesuai dengan klon di plotnya. Pemurnian biasanya dilakukan pada tahun pertama. Pemurnian klon dilakukan dengan mengamati tanaman secara individual (satu per satu) berdasarkan ciri morfologi setiap klon. Tujuan pemurnian klon yaitu menetapkan tanaman yang harus dibuang secara tepat. Berikut beberapa contoh tanaman yang harus dibuang.
Klon yang berbeda dengan klon lainnya yang terdapat di dalam satu petak. Tanaman kerdil. Tanaman yang terserang penyakit, misalnya terserang jamur akar putih.
Tanaman yang memiliki ciri tersebut sebaiknya diberi tanda untuk memudahkan saat pelaksanaan pembongkaran dan penggantian atau penyulaman.
Pemanenan Entres dan Pembentukan Cabang.
Untuk teknik okulasi cokelat yang dilakukan pada bibit berumur 7-12 bulan, entres yang digunakan sebaiknya memiliki umur yang sama sehingga panen entres dapat dilakukan pada umur 8–12 bulan. Setiap pohon entres hanya dapat dipanen satu batang entres pada tahun pertama. Pemanenan entres dilakukan apabila titik tumbuh (tunas paling atas) dalam kondisi dorman, yaitu tunas di bagian atas tidak dalam kondisi tumbuh tunas baru.
Pemanenan batang atas dilakukan dengan memotong batang atas setinggi 30 cm dari sambungan cangkok dengan kemiringan 45 ° dan olesi potongan dengan TB 192 sebagai penutup luka. Tunas terbaik untuk okulasi adalah mata utama, yaitu mata yang terletak di atas tangkai daun. Untuk mendapatkan mata yang siap pakai, lakukan kompres batang atas terlebih dahulu.
Caranya, potong daun tanpa batang 1-2 minggu sebelum okulasi. Tujuannya agar tangkai daun bisa lepas secara alami. Setelah disobek, tangkai daun biasanya akan layu & rontok dengan sendirinya tanpa menyebabkan kerusakan pada mata sehingga mata okulasi siap digunakan.
Pengemasan untuk Pengiriman.
Pengemasan entres harus dilakukan dengan baik agar kesegarannya tetap terjaga, khususnya untuk pengiriman yang memerlukan waktu hingga dua hari. Berikut teknis pengemasan entres:
1. Potong entres untuk okulasi cokelat sepanjang satu meter.
2. Celupkan kedua ujungnya ke dalam lilin cair untuk mengurangi penguapan.
3. Siapkan kotak kayu untuk mengemas entres sesuai jumlah yang ingin dikirim. Sebagai panduannya, ukuran kotak 50 x 50 x 120 cm dapat memuat 75-100 potong entres.
4. Siapkan serbuk gergaji yang lembap untuk menjaga kelembapan di dalam kotak kayu.
5. Susun entres secara berlapis, lalu taburi setiap lapisnya dengan serbuk gergaji.
6. Tutup peti kotak kayu dan rapatkan menggunakan paku.
7. Setelah tiba di tempat tujuan, letakkan peti tersebut di tempat yang teduh dalam kondisi terbuka.
8. Potong bagian ujung entres yang dilapisi lilin dan celupkan ke dalam air bersih.
Untuk pengiriman jarak dekat dengan waktu tempuh maksimum enam jam biasanya menggunakan pelepah batang pisang (gedebok pisang) sebagai bahan pengemas. Sementara itu, untuk pengiriman dengan waktu tempuh maksimum 24 jam, pembungkus entres dapat menggunakan dua lapis kertas koran yang telah dibasahi.
Penggunaan peti juga diperlukan untuk memudahkan pengemasan bagian luar dan pengaman saat dimasukkan ke dalam alat transportasi pengangkut. Sama seperti fungsi serbuk gergaji, gedebok pisang dan kertas koran berfungsi sebagai bahan untuk menjaga kelembapan di dalam peti. Dalam setiap pengelompokan kemasannya, satu bungkus kertas koran terdiri atas 5-6 potong entres.
Jika jumlah entres terlalu banyak dalam satu kemasan, berisiko menyebabkan mata tunas saling bergesekan sehingga menjadi memar atau rusak.
Manajemen Kebun Entres
Manajemen kebun entres dapat meliputi pengawasan dan pengendalian mutu benih. Kemampuan penangkar dalam proses pembuatan bibit sudah tidak perlu diragukan. Namun, untuk bidang manajemen administrasi, sepertinya penangkar masih perlu pembinaan. Karena itu, kelengkapan administrasi dalam pengawasan dan pengendalian mutu benih menjadi sangat diperlukan. Salah satu dokumen administrasi yang terpenting adalah identitas penangkar itu sendiri.
baca juga budidaya tanaman kelapa sawit
Persemaian Batang Bawah
Pengumpulan benih, benih yang dianjurkan untuk batang bawah adalah benih propeligitim. Benih ini diketahui memiliki keturunan betina. Sedangkan induk jantan dapat "diperkirakan", yaitu klon di sekitar induk betina.Untuk batang bawah harus menggunakan bibit dari klon yang direkomendasikan untuk batang bawah, seperti AVROS 2037, RRIC 100, BPM 24, GT 1, PB 260, dan PB 330. Untuk mendapatkan kemurnian yang tinggi, kebun yang ditetapkan sebagai sumber bibit harus dalam satu areal dengan luas minimal 15 hektar, berupa klon anjuran batang bawah dan tanaman disekitarnya berupa klon unggul anjuran.
Untuk mendapatkan biji dengan viabilitas yang tinggi, tanaman harus berumur lebih dari 10 tahun. Saat pengecambahan, persentase viabilitas biji minimum 70%. Kesegaran biji biasanya dapat dilihat dari warna biji yang mengilat, tidak cacat, dan bernas. Ciri lainnya dengan cara menjatuhkan biji ke lantai, apabila terpental atau melenting menandakan bijinya masih baik. Selain itu, biji yang masih segar ditunjukkan oleh warna endosperm yang putih & tidak berminyak.
Untuk pengiriman benih dilakukan penyaringan dan pengemasan dalam plastik bening yang berlubang. Gunakan serbuk gergaji agar tetap lembab selama pengiriman. Benih karet diperoleh secara alami (dari jatuh) dan bukan dari tanaman. Oleh karena itu, panen benih sangat tergantung pada kondisi cuaca.
Selain itu, benih karet bersifat bandel, artinya tidak bisa disimpan terlalu lama. Kadar air selama penyimpanan juga harus stabil, tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi yang dapat menyebabkan serangan jamur. Karena itu, penanganan benih karet harus dilakukan secepatnya saat tiba di lokasi persemaian.
Perkecambahan
Biji Perkecambahan biji karet membutuhkan bedengan untuk melindunginya dari panas dan hujan. Bed box terbuat dari papan yang diisi pasir setebal 10 cm. Ukuran bedengan umumnya lebarnya satu meter dan panjangnya tergantung jumlah benih yang ditanam. Letak bedengan memanjang dari utara ke selatan dengan jarak 1,5 meter.
Jika lokasinya di alam terbuka, atap bedengan biasanya terbuat dari rumput yang menghadap ke timur. Atapnya harus agak landai dengan bagian depan setinggi 1,5 meter. Sedangkan bagian belakang lebih landai dengan ketinggian 1 meter. Setiap satu meter persegi bedengan dapat menampung 1.000 benih untuk berkecambah.
Penataan benih di bedengan harus teratur. Jarak antar baris sekitar 1 cm dan jarak antar baris adalah 0,5 cm. Benih dilakukan dengan cara menekan benih ke dalam pasir bersama dengan perut benih (funiculus) menghadap ke bawah. Jangan sampai terlalu dalam, sisakan sepersepuluh biji di atas permukaan pasir. Rawat benih dengan melakukan penyiraman secara rutin agar kelembapannya tetap terjaga.
Penyiapan lahan dan bedengan.
Penyiapan lahan Lokasi persemaian harus memenuhi beberapa persyaratan agar pertumbuhan bibit dapat optimal. Berikut ini adalah persyaratan lokasi persemaian yang baik:
1. Topografi rata.
2. Tanah memiliki tekstur yang baik & cukup gembur.
3. Mudah dijangkau.
4. Berada dekat dengan jalan dan sumber air.
5. Bebas dari gangguan alam, sumber penyakit, dan serangan hewan.
Tujuan utama penyiapan lahan
pembibitan untuk mendapatkan tekstur tanah yang bagus, sehingga mendapatkan bibit dengan akar tunggang yang lurus serta memberikan ruang sehingga pertumbuhannya baik dan menghindari serangan penyakit. Karena itu, pengolahan lahan untuk pembibitan sangat diperlukan bagi penangkar. Lahan ini hendaknya sudah siap saat biji dikecambahkan agar pemindahan kecambah ke pembibitan tidak terlambat.
Pembuatan Bedengan
Pembuatan bedengan di lokasi pembibitan bertujuan untuk memudahkan pengawasan bibit, memudahkan pelaksanaan berbagai pekerjaan, memprediksi jumlah bibit, menghindari tercampurnya bibit, serta memudahkan pengangkutan sarana dan prasarana.
Bedengan pembibitan biasanya dibuat dengan panjang 48 meter dan lebar 2,5 meter dengan jarak antar bedengan 70 cm. Buatkan jalan selebar 4 meter di tengah-tengah areal. Sistem tanam yang digunakan yaitu double row dengan berbagai pilihan jarak tanam.
Berikut beberapa alternatif jarak tanam di bedengan. 30 cm x 30 cm x 50 cm (populasi pohon sekitar 70.000 bibit/ha). 20 cm x 20 cm x 50 cm (populasi sekitar 110.000 bibit/ ha).
Penanaman Kecambah
Setelah 5 sampai 7 hari berada di bedengan penyemaian, pindahkan kecambah ke pembibitan secara bertahap. Pemindahan kecambah ke pembibitan terus berlangsung hingga hari ke-15. Pemindahan kecambah dilakukan dengan menggunakan wadah atau ember yang berisi air untuk menghindari kelayuan dan kerusakan akar.
Sebelum menanam kecambah, pembenih harus terlebih dahulu memotong tanah menggunakan kayu atau besi yang diasah. Semakin dalam tugalannya semakin baik untuk proses penanamannya. Setelah itu, kecambah ditanam dengan akar seluruhnya di dalam lubang dan bijinya rata di permukaan tanah.
Penanaman kecambah sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pemilihan waktu yang tepat bertujuan untuk menghindari stres pada kecambah. Setelah tanam, berikan tekanan pada tanah di sekitar lubang ke dalam.
Pemeliharaan.
Penyiraman sebaiknya dilakukan setiap hari, apalagi jika tidak hujan. Setelah benih berumur satu bulan, penyiraman bisa dihentikan. Pasalnya, tumbuhnya benih sudah stabil. Bibit yang mati, kerdil, dan terlihat mengalami gejala kekuningan harus dicabut dan disulam.
Penyulaman barus dilakukan sesegera mungkin dan maksimum hingga berumur satu bulan. Pemindahan kecambah umumnya dilakukan pada musim hujan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan di lokasi pembibitan batang bawah. Selain area pembibitan bebas dari gulma, beberapa manfaat dari penyiangan di antaranya mengoptimalkan pertumbuhan bibit serta tidak terjadi persaingan dalam pemanfaatan air, unsur hara, dan cahaya matahari.
Penyiangan dilakukan 3-4 minggu sekali, tergantung pada kondisi gulma. Saat bibit masih muda (berumur 4-5 bulan), pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dengan mencabut menggunakan tangan. Pengendalian ini harus hati-hati agar tidak melukai bagian akar dan batang bibit.
Setelah batang karet berwarna cokelat (berumur lebih dari lima bulan), penyiangan gulma umumnya dilakukan secara kimia, menggunakan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan tergantung jenis gulma sasaran dengan dosis penggunaan umum (dapat dilihat pada label kemasan herbisida).
Sementara itu, pada bibit yang sudah dilakukan okulasi tidak dianjurkan menggunakan herbisida. Pasalnya, penggunaan bahan kimia tersebut berisiko merusak mata tempelnya. Pemupukan Untuk memacu pertumbuhan bibit karet, lakukan pemupukan secara teratur dan tepat dosis.
Awalnya, pemupukan pendahuluan diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Gunakan pupuk fosfat sebanyak 750 kg/hektare dengan cara ditabur dan dicampur dengan tanah lapisan atas hingga kedalaman 15-25 cm.
Untuk mengurangi persaingan antara tanaman dan gulma, lakukan penyiangan satu minggu sebelum pemupukan. Selain menggunakan tangan, penyiangan dapat juga dilakukan dengan mencangkul tanah di sekitar tanaman. Setelah penyiangan, buatkan parit dangkal untuk menempatkan pupuk di sekitar barisan bibit. Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk di sekitar parit. Setelah itu, tutup parit dengan tanah kembali.
Pengendalian Penyakit
1. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides yang biasa menyerang pada musim hujan. Secara fisik, tanaman yang terserang dapat terlihat dari daun-daun yang terus berguguran sehingga selalu membentuk pucuk-pucuk baru.
Akibatnya, pertumbuhan bibit tidak optimal dan menyebabkan kulit lengket sehingga pelaksanaan okulasi menjadi terhambat. Pengendalian penyakit gugur daun colletotrichum dapat menggunakan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 0,3% atau Daconil 75 WP dengan konsentrasi 0,3%. Penyemprotan dilakukan untuk stadia daun muda berwarna cokelat kemerahan hingga hijau muda sebanyak 3-4 rotasi dengan interval waktu 5-7 hari.
2. Penyakit Gugur Daun Oidium.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Oidium heveae. Mikroorganisme ini biasanya menyerang saat tumbuh daun muda pada musim kemarau. Daun yang mengalami serangan berat akan menjadi keriput, layu, dan menyebabkan gugurnya daun. Serangan penyakit ini juga berisiko menghambat pertumbuhan, Bahkan, dapat menyebabkan kematian.
Pengendalian penyakit gugur daun oidium dilakukan dengan cara pendebuan menggunakan serbuk belerang murni (belerang cirrus). Untuk pembibitan, perlu menggunakan alat pendebu portable. Pendebuan dilakukan pada awal pembentukan daun-daun baru sebanyak 3-6 rotasi dengan interval 5-7 hari.
Dosis yang digunakan 4-6 kg belerang/ha/rotasi. Pendebuan dilakukan pada pagi hari agar belerang dapat menempel di daun yang masih basah (berembun) dan tidak diterbangkan oleh angin.
3. Penyakit Gugur Daun Corynespora.
Penyakit gugur daun ini disebabkan oleh Corynespora cassiicola. Penyakit ini dapat menyerang daun muda dan daun tua. Untuk daun muda, penyakit ini sebenarnya tidak membentuk bercak jamur yang jelas, tetapi anak daunnya berubah warna menjadi kuning. Daunnya menggulung atau langsung gugur dari tangkainya.
Sementara itu, untuk daun yang lebih tua, jamur membentuk bercak cokelat tua atau hitam. Selain itu, urat- urat daun tampak lebih gelap dibandingkan dengan sekelilingnya sehingga bercak tersebut terlihat menyirip seperti tulang ikan atau menyerupai tetesan tinta hitam di kertas buram.
Penyakit gugur daun corynespora dapat dikendalikan dengan menyemprotkan campuran fungisida Dithane M-45 sebanyak 0,5-1,0 kg dan Calixin 750 EC sebanyak 100-150 cc untuk setiap aplikasi per hektare.
Teknik okulasi
Okulasi merupakan teknik perbanyakan yang dilakukan dengan cara menempelkan mata entres suatu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan sifat unggul dari tanaman sumber mata.Teknik okulasi dapat dibedakan menjadi okulasi hijau dan okulasi cokelat, tergantung pada umur entres dan batang bawahnya. Pelaksanaan okulasi cokelat dapat dilakukan pada bibit batang bawah mulai umur 6-12 bulan setelah tanam.
Sementara itu, okulasi hijau dapat dimulai saat tanaman berumur empat bulan. Gunakan entres yang sama umurnya. Berikut tahapan kegiatan dalam pelaksanaan okulasi secara umum:
1. Membuat jendela okulasi di batang bawah.
2. Memotong perisai mata entres.
3. Menempelkan perisai mata di batang bawah.
4. Membalut tempelan.
5. Memeriksa hasil okulasi.
6. Pembukaan balutan.
Pelaksanaan
Okulasi Dalam pelaksanaannya, okulasi tidak dapat dilakukan secara serentak untuk semua tegakan bibit. Kriteria bibit siap okulasi di antaranya ukuran batang yang diukur di ketinggian 5 cm dari permukaan tanah telah mencapai 5-7 cm dan titik tumbuh-tunas paling atas-dalam kondisi dorman.
Perhatikan umur kayu okulasi (mata tunas) dan batang bawah, keduanya sebaiknya memiliki umur yang hampir sama. Selain itu, mata okulasi harus berasal dari kebun entre. yang sehat, klon unggul, dan "mata" yang diokulasikan berupa mata prima.
Proses awal okulasi adalah membersihkan batang bawah dari tanah menggunakan kain. Toreh batang secara vertikal, sejajar dengan pisau okulasi. Lebar irisan sekitar sepertiga ukuran batang bawah dengan panjang 7,5 cm hìngga membentuk jendela okulasi
Setelah itu, siapkan entres atau kayu okulasi, lalu bersihkan. Sayat kayu okulasi hingga didapatkan perisai yang berisi mata tunas. Lebar sayatan sebaiknya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela di batang bawah. Penempatan perisai dilakukan dengan membuka bibir jendela dan menyelipkannya dengan hati-hati agar tidak terjadi gesekan pada kambium. Pembukaan bibir jendela dapat dilakukan dari arah atas atau dari bawah (tergantung pada kebiasaan tenaga okulasi). Setelah mata tunas diselipkan, potong "lidah" jendela hingga menyisakan 1,5–2 cm. Tutup bibir jendela hingga rapat dengan cara mengikat atau membalutnya dengan plastik.
Berikut beberapa faktor untuk mendapatkan persentase keberhasilan okulasi yang tinggi:
A. Penggunaan tenaga okulasi (okulator) yang terampil.
B. Kesehatan bibit batang bawah dan batang atas yang prima.
C. Kebersihan alat okulasi dan waktu pelaksanaan okulasi yang tepat.
Keberhasilan okulasi dapat ditentukan dengan melepas penutup plastik setelah 21 hari. Keberhasilan pencangkokan ditunjukkan dengan mata perisai yang tetap segar dan berwarna hijau.
Seleksi dan Pembongkaran Batang Sambung.
Setelah dilakukan pengecekan hasil okulasi pada umur 21 hari, periksa kondisi bibit. Satu minggu kemudian, lakukan pemeriksaan kedua. Dari hasil pemeriksaan kedua ini, membongkar bibit okulasi untuk mendapatkan bibit stum mata tidur (SMT atau OMT).
Sebelum dibongkar, potong bibit okulasi terlebih dahulu. Tinggi pemotongan dari jendela okulasi tergantung pada alat yang digunakan. Apabila menggunakan dongkrak (pulling jack), tinggi pemotongan 50-60 cm dari jendela okulasi.
Jika menggunakan cangkul atau dodos, tinggi pemotongan 7-10 cm dari jendela okulasi. Pemotongan dilakukan menggunakan gergaji dengan arah miring dengan posisi yang lebih tinggi di sekitar bagian tempelan okulasi. Untuk pembongkaran dengan cangkul atau dodos, lakukan penyerongan satu minggu sebelum dibongkar.
Ciri bibit baru siap dibongkar yaitu setelah mata okulasi membengkak. Cara pembongkaran dilakukan dengan cara membuat parit di salah satu sisi bibit yang akan dibongkar sedalam 40 cm dengan jarak dari bibit sekitar 10 cm. Potong akar tunggang di bagian dasar parit, lalu dorong bibit ke arah yang berlawanan dan cabut. Setelah bibit tercabut, sisakan akar tunggang dengan panjang 25-30 cm dan sisakan juga akar serabutnya sepanjang 5 cm. Bibit yang sudah dicabut ini sudah siap sebagai SMT atau OMT. Berdasarkan pengalaman di lapangan, satu HK memiliki kemampuan membongkar bibit dengan cangkul sebanyak 125-150 stum.
Sedangkan sebelum pembongkaran bibit menggunakan dongkrak perlu dilakukan pemangkasan terlebih dahulu. Potong bibit atas setinggi 7-10 cm dari jendela okulasi. Juga, rapikan akar tunggang dan akar lateral. Setelah pemotongan bagian atas dan bagian akar, maka bibit SMT atau OMT sudah siap. Setiap 1 HK dapat menyelesaikan 450 demolition stum by jack.
Saat pembongkaran bibit, jika akar tunggang lebih dari satu, pilih akar yang lurus dan buang akar yang lainnya. Bibit yang memiliki akar pendek, bengkok atau bedenggol tidak memenuhi persyaratan dan dibuang (reject). Bibit dalam bentuk SMT atau OMT sudah dapat langsung ditanam di lapangan, diperjualbelikan, atau dipindahkan ke polibag.
Pengiriman bibit untuk jarak jauh harus memperhatikan pengemasan bibit di dalam kotak kayu dengan menggunakan serbuk gergaji lembap. Dalam satu kotak biasanya berisi 250-350 stum, tergantung pada ukuran stumnya. Sama seperti pembibitan batang bawah dan entres, untuk menghasilkan bibit yang bermutu dan bersertifikat diperlukan kelengkapan administrasi. Berikut beberapa data yang harus dilengkapi oleh penangkar:
Waktu pelaksanaan okulasi.
Pelaksanaan serong dan bongkar.
Jumlah okulasi atau klon.
Persentase keberhasilan okulasi.
Pemeliharaan.
Pemeliharaan bibit di terminal awal dilakukan hingga bibit berkecambah dan berdaun. Setelah itu segera pindahkan bibit ke terminal terakhir. Pemeliharaan yang dilakukan di terminal awal meliputi pewiwilan pucuk semu, pemupukan, penyiraman, pengendalian penyakit, dan pengendalian gulma.
Saat bibit berada di ujung terminal, susun polibag dalam 2-3 baris. Antar baris polybag harus diberi jarak 60-100 cm yang berfungsi sebagai jalur perawatan. Tiap baris polibag berisi 200-300 polibag yang disusun sedemikian rupa. Perawatan yang dilakukan di terminal akhir masih sama dengan proses perawatan di terminal awal.
Pewiwilan
Pewiwilan tunas palsu bertujuan untuk membuang bagian tunas yang tumbuh yang bukan berasal dari mata tempel. Pewiwilan bertujuan untuk membantu mata tunas cepat tumbuh. Waktu dan interval pewiwilan tidak dapat ditentukan secara khusus, tetapi harus dilakukan saat tumbuh "tunas palsu" (tunas yang tumbuh bukan dari mata tempel).
Penyiraman
Penyiraman sebaiknya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Namun, jika musim hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma atau penyiangan dilakukan secara manual dengan rotasi dua minggu sekali atau tergantung pada kondisi pertumbuhan gulma.
Pemupukan
Pemupukan berguna untuk menambah unsur hara diperlukan bibit. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk. Pemupukan dilakukan dengan cara menebar di sekitar dinding polibag. Dosis pemupukan untuk polibag berukuran besar yang memiliki bobot tanah 5 kg/polibaq.
Sementara itu, dosis untuk bibit di dalam polibag kecil yang memiliki bobot 3,5-4 kg dapat menyesuaikannya lebih lanjut berdasarkan konversì perbandingan.
Pengendalian Penyakit
Salah satu penyakit yang sering menyerang bibit karet adalah penyakit jamur akar putih. Pengendaliannya dilakukan dengan cara menaburkan biofungisida Triko SP plus sebanyak 25 gram/polibag di sekeliling tatang tanaman. Sementara itu, pengendalian penyakit hampir sama dengan pengendalian yang dilakukan pada pembibitan batang bawah.
Seleksi Bibit
Untuk mendapatkan mutu bibit karet yang baik, lakukan seleksi bibit di dalam polibag pada umur 3-3,5 bulan setelah tanam. Berikut beberapa kriteria bibit lolos seleksi. Tinggi payung daun pertama lebih dari 25 cm dengan diameter minimum 8 mm. Pengukuran ketinggian - mulai dari pertautan okulasi hingga ke titik tumbuh. Sementara itu, diameter batang diukur di ketinggian 10 cm dari pertautan okulasi. Daun berwarna hijau, terlihat segar, serta bebas hama & penyakit.
- Manfaat karet
Semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar