Budidaya jambu mete atau cashew tree
Jambu mete atau cashew tree (Anacardium occidentale,L) yang tergolong dalam famili Anacardiceae merupakan tanaman buah yang berasal dari Brazilia Tenggara.
Tanaman buah jambu mete atau buah jambu monyet mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis sebagai tanaman penghijauan dan tanaman konservasi untuk memperbaiki lahan.
Jambu mete diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Subdivisi: Angiospemae
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Sapindales
Famili: Anacardiaceae
Genus: Annacardium
Species: Annacardium occidentale, L
Menurut para ahli botani, tanaman buah jambu mete terdiri atas 60 genus dan 400 spesies. Namun ada yang mengatakan bahwa tanaman cashew fruit terdiri atas 56 genus dan 500 spesies. Dari sekian banyak spesies, Annacardium occidentale L merupakan spesies yang paling banyak tersebar di dunia.
Tanaman jambu mete yang dibudidayakan secara komersial cukup banyak varietasnya, seperti varietas americanum dan indicum (di Malaysia), varietas amarilo gigante dan vemelho (di Brasil), dan masih banyak varietas yang lain. Secara morfologis, organ-organ penting tanaman jambu mete atau cashew (tree) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Akar
Tanaman jambu mete memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang yang sangat kuat mampu menembus lapisan tanah yang paling keras untuk mendapatkan titik-titik air yang terdapat di lapisan padas hingga kedalaman 5 m. Dengan sistem perakaran ini, pada musim kemarau tanaman cashew (tree) masih mampu hidup dan tumbuh.
Sementara itu akar-akar serabut tumbuh menyebar secara horizontal dalam tanah. Di samping itu, akar tanaman ini juga berfungsi untuk menopang tanaman, penyerapan air, dan penyerapan unsur-unsur hara dalam tanah.
2. Daun
Daun tanaman jambu mete tumbuh pada cabang atau ranting secara berselang seling. Daunnya merupakan daun tunggal dan di bagian tepinya keras seperti kulit. Daun buah jambu monyet berbentuk bulat panjang hingga oval dan jarak bagian ujungnya berbentuk bulat.
Daun berukuran panjang 10 cm sampai 20 cm, lebar 5 cm sampai 10 cm, panjang tangkai daun 0,5 cm sampai 1 cm, dan pada tulang-tulang daunnya menyirip. Daun yang telah tua berwarna hijau gelap, sedangkan daun mudanya berwarna hijau pucat.
3. Batang
Batang tanaman buah jambu monyet merupakan batang sejati, berbentuk bulat, berkayu, dan keras. Pada batang tumbuh cabang dan memiliki banyak ranting sehingga dapat membentuk mahkota. Tanaman yang dibiarkan tumbuh, dapat mencapai ketinggian antara 10 m hingga 12 m.
4. Bunga
Bunga tanaman jambu mete biasanya muncul pada ujung tunas atau ranting yang baru terbentuk, sehingga buah muncul pada permukaan luar tajuk tanaman.
Bunga tanaman jambu mede memiliki bentuk beragam, seperti bentuk piramida, kerucut, dan berbentuk tidak teratur. Bunga jambu mede merupakan malai (panicle). Pada tunas-tunas utama dari panicle bercabang-cabang dan setiap cabang tumbuh tunas bunga. Bunga mekar sekitar 5 hingga 6 minggu setelah tumbuh tunas bunga.
Pada saat mekar, bunga berwarna putih, tetapi beberapa hari kemudian akan berubah menjadi merah muda. Bunga ini ada yang berkelamin jantan dan ada yang berkelamin dua (hermaphrodil). Pada bunga yang berkelamin dua, maka dalam satu tandan bunga terdapat benang sari (jantan) dan putik (betina).
Bunga ini terdiri atas 5-6 helai daun kelopak, 5-6 helai daun tajuk, 8-10 benang sari (pada bunga jantan), dan 9-10 benang sari serta 1 putik (pada bunga hermaphrodit). Proses penyerbukan bunga dapat terjadi dengan bantuan angin atau serangga.
5. Buah
Buah jambu mete terdiri atas dua bagian, yaitu buah sejati (kacang mete) dan buah semu (tangkai buah yang membesar). Kacang mete terbentuk seperti ginjal yang melekat pada bagian ujung buah semu. Rata-rata kacang mede berukuran panjang 2,5 cm- 3,5 cm, lebar 2 cm, dan tebal 1,0 cm-1,5 cm.
Kacang mete yang masih muda berwarna hijau pucat dan kacang yang telah tua berubah warna menjadi keabu-abuan. Setelah biji mete dikeringkan akan berubah menjadi cokelat abu-abu. Buah semu berbentuk bulat dengan bagian ujungnya lebih besar.
Berat buah semu bervariasi antara 20 gr sampai 100 gr dan berukuran panjang sekitar 5 cm sampai 11 cm. Buah semu yang masih muda berwarna hijau pucat dan setelah masak berubah menjadi kuning, merah atau jingga kemerah-merahan, bergantung pada varietasnya.
Buah semu yang telah masak mempunyai aroma yang khas dan rasa buahnya sepet dan agak gatal. Rasa yang kurang enak ini disebabkan oleh zat tanin dan astringen yang terkandung dalam buah semu. Daging buah semu jambu mete agak lunak, berserabut, dan banyak mengandung air.
Buah jambu monyet yang berwarna kuning mempunyai rasa lebih manis, kandungan sari buahnya sekitar 87,80% dan kadar gulanya 10%. Adapun manfaat buah semu dapat diolah menjadi sirup jambu mete.
Kandungan Gizi Jambu Mete
Buah semu jambu mete memang kurang disenangi masyarakat, karena rasa buahnya sepat. Namun rasa seperti ini dapat dihilangkan dengan cara pengukusan, penambahan garam, atau penambahan bahan kimia. Adapun komposisi dan kandungan gizi buah jambu monyet sebagai berikut:
Kacang mete, mentah Nilai nutrisi per 100 g (3,5 ons)
- Energi 2314 kJ (553 kkal)
- Karbohidrat 30,19 g
- Gula 5,91 g
- Serat Makanan 3.3 g
- Protein 18,22 g
- Lemak 43,85 g
- Riboflavin (Vit. B2) 0,06 mg (4%)
- Tiamina (Vit. B1) 0,42 mg (32%)
- Niasin (Vit. B3) 1,06 mg (7%)
- Asam Pantotenat (B5) 0,86 mg (17%)
- Vitamin B6 0,42 mg (32%)
- Vitamin C 0,5 mg (1%)
- Folat (Vit. B9) 25 ÎĽg (6%)
- Kalsium 37 mg (4%)
- Besi 6,68 mg (53%)
- Fosfor 593 mg (85%)
- Kalium 660 mg (14%)
- Zink 5,78 mg (58%)
- Magnesium 292 mg (79%)
Persentase lebih besar dari perkiraan Amerika Serikat untuk orang dewasa
Cashew fruit mengandung kadar air cukup besar juga banyak mengandung vitamin C, bahkan kandungan vitamin C sekitar 3-4 kali lipat dari kandungan sari buah jeruk.
Manfaat Pohon dan Buah Mete
Hampir semua bagian tanaman jambu mete atau cashew tree dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Hasil utama tanaman berupa gelondong mete (buah sejati). Gelondong mete ini terdiri atas biji kulit ari dan kulit luar.
Bijinya selain dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan juga digunakan dalam industri kosmetik. Kulit ari biji mengandung zat kimia yang sering digunakan sebagai bahan penyamak pada industri kulit.
Sementara itu kulit luarnya banyak mengandung minyak loka, yaitu cairan kulit biji mete (CKBM) atau sering disebut CNSL (Cashew Nut ShellI Liquid).
Beberapa bagian yang lain dari tanaman ini adalah daging buah. Daging buah dapat dimanfaatkan untuk pembuatan minuman segar (juice), anggur, dan dendeng buah jambu monyet. Kulit kayunya digunakan sebagai penyamak kulit, dan getah dari kulit batangnya dapat diproses menjadi lem kertas yang tahan terhadap kutu daun.
Syarat Tumbuh dan budidaya tanaman jambu mete
A. Iklim.
Tanaman jambu mete mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya, sehingga dapat ditanam dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut.
Untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini di lahan pertanaman memerlukan suhu minimal 17°C- 20°C dan suhu maksimal 32°C-34°C.Adapun kisaran curah hujan yang dikehendaki antara 300 hingga 4000 mm per tahun.
Daerah yang paling ideal untuk pengembangan budidaya tanaman jambu mete adalah lokasi dengan ketinggian 0 m sampai 35 m dari permukaan laut (MDPL), kelembapan udara tidak terlalu tinggi, dan kisaran curah hujan 1000-2000 mm per tahun dengan musim kering yang jelas selama 4-6 bulan. Pada bulan-bulan kering tersebut sangat dibutuhkan tanaman ini, terutama untuk masa berbunga dan pembentukan buah.
B. Tanah
Pada umumnya tanaman jambu mete dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah. Akan tetapi, tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah berlempung dan dengan drainase jelek pada tanah dengan lapisan cadas.
Tanah yang paling ideal untuk budidaya jambu mete ialah tanah berpasir dengan kedalaman lebih dari 50 cm, seperti pada tanah lempung berpasir, lempung liat berpasir atau tanah-tanah ringan berpasir dengan drainase baik.
Pada jenis tanah tersebut tanaman ini akan berkembang lebih cepat. Di samping itu, tanah harus mengandung cukup bahan organik dan tanah yang cukup ideal pada kisaran pH 6,3-7,3. Walaupun demikian, pada tanah dengan kisaran pH tanah 5,5-6,3 masih sesuai untuk pertumbuhan tanaman cashew (tree).
Oleh karena itu, pada tanah-tanah yang kurang subur perlu penambahan bahan organik, pemberian kapur dolomit bagi tanah-tanah yang kurang sesuai pH tanahnya, pemberian pupuk kimia, dan pengolahan tanah secara baik, terutama pada lubang tanam yang akan ditanami bibit, agar kelak tanaman dapat tumbuh normal.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif dan secara generatif. Pembibitan secara vegetatif dapat dilakukan dengan penyambungan (grafting).
Keunggulan pembibitan secara vegetatif adalah waktu berbuah lebih cepat dan produksinya tinggi karena sesuai dengan sifat pohon induknya. Sementara itu, pembibitan secara generatif adalah perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan cara penyemaian benih mete.
baca juga budidaya tanaman asparagus
A. Perbanyakan Tanaman dengan Biji
Pada umumnya pembibitan tanaman jambu monyet dari biji dilakukan dengan cara menyemai biji di tempat persemaian atau menanam benih langsung di polibag.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh bibit tanaman jambu mete yang baik sebagai berikut:
Pemilihan benih untuk calon bibit harus memiliki sifat-sifat genetik yang unggul, misalnya prodoksi tinggi, berumur genjah, dan tahan terhadap serangan penyakit.
Beberapa kriteria untuk memperoleh benih yang bermutu tinggi sebagai berikut:
a. Sumber benih
1. Benih berasal dari pohon induk terpilih dalam blok penghasil tinggi.
2. Pohon induk terpilih sudah berumur lebih dari 6 tahun dan bebas dari serangan hama & penyakit.
3. Pohon induk berbatang tegak, besar, pertumbuhannya kuat dan sistem percabangannya rapat.
4. Berbunga cepat dan fase pembungaan nya pendek, lebih disukai memiliki bunga hermaprodit tinggi (lebih dari 20%).
5. Pohon induk terpilih mampu memproduksi di atas rata-rata produksi tanaman sekitarnya.
6. Pohon induk menghasilkan gelondong 500kg per hektar, setiap gelondong berbobot 6-12 gr dan bobot kacang mete 1,2-2,4 gr/butir.
b. Persyaratan benih
1. Biji dipungut dari buah semu yang telah masak sempurna, yakni ditandai dengan berubahnya warna buah semu. Pengumpulan biji calon benih sebaiknya dilakukan sekitar pertengahan panen.
2. Gelondong mete berukuran panjang = 3 cm-5cm dan lebar = 2-3,5cm. Bentuk dan ukurannya harus seragam.
3. Berat satu biji gelondong sekitar = 5-12 gram (bobot 1 kilogram gelondong mete = 150 biji pada kadar air 10%-15%).
4. Bentuk biji normal, tidak keriput, berwarna keabu-abuan, dan tidak ada tanda-tanda serangan penyakit.
5. Berat jenis lebih dari satu (tenggelam dalam air).
6. Mempunyai daya tumbuh minimal sebesar 70%.
C. Penyimpanan benih
Benih jambu monyet hasil seleksi harus disimpan selama 2-3 bulan. Caranya benih yang akan disimpan dimasukkan dalam karung plastik yang bersih dan kering. Untuk mencegah kerusakan benih, sebaiknya berat setiap karung dibatasi 40 kg. Simpan benih mede yang telah dikemas dalam gudang dengan cara meletakkan benih di atas alas papan yang berjarak 50 cm dari lantai.
Gudang penyimpanan yang baik, temperatur ruangan sekitar 25°C- 27°C dan kelembapannya 70%. Jika kelembapan dalam gudang lebih dari 75%, akan menyebabkan benih berjamur dalam waktu beberapa minggu.
Persiapan lahan persemaian
Pemilihan lahan untuk persemaian harus tepat agar kelak biji-biji yang disemai dapat tumbuh secara sempurna. Penanaman biji dapat dilakukan dengan dua cara, yakni benih ditanam pada media persemaian atau benih langsung ditanam pada media tanah dalam polibag. Lokasi untuk persemaian harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Lokasi persemaian harus terbuka, mudah dalam melakukan pengawasan, dan dekat sumber air.
2. Lokasi persemaian tidak terlalu jauh dengan areal penanaman jambu mete, sehingga biaya transportasinya lebih murah.
3. Lokasi persemaian harus aman dari gangguan ternak.
4. Lokasi persemaian harus lebih tinggi daripada lahan di sekitarnya.
Menyiapkan bedengan dan atap persemaian
1. Tanah dicangkul sedalam 30 cm-40 cm, lalu dibiarkan selama 3 hari agar terangin-anginkan dan terkena sinar matahari.
2. Tanah tersebut dicangkul lagi sampai gembur lalu dibentuk bedengan-bedengan dan selokan.
Bersamaan dengan penggemburan tanah diberi pupuk kandang yang telah halus secukupnya. Buat bedengan membujur arah utara ke selatan dengan ukuran lebar 1,5 m, tinggi bedengan ± 15 cm, dan panjang bedengan disesuaikan dengan lokasi dan kebutuhan bibit.
3. Buat saluran pembuangan air dengan ukuran lebar 0,6 m untuk setiap 5 cm. Setiap blok terdiri atas 5 bedengan dengan ukuran tiap blok 10 m x 3 m. Jarak antara blok dibuat jalan dengan ukuran lebar digunakan untuk mengontrol bibit.
4. Pada permukaan bedengan diberi pasir halus dengan ketebalan + 5 cm sebagai media semai.
5. Untuk melindungi bibit, pada persemaian dibuat atap dari daun kelapa kering atau alang-alang. Tinggi atap sebelah timur 1,75 m dan sebelah barat 1,25 m.
6. Buat pagar keliling di sekitar areal pembibitan untuk menghindari serangan hama babi atau ternak lainnya.
Persiapan pembuatan media semai, untuk pembibitan jambu mede di polibag dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Siapkan tanah yang subur, pasir dan pupuk kandang yang telah dihaluskan sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya tanah, pasir, dan pupuk dicampur dengan perbandingan 1:1:1.
2. Lakukan sterilisasi dengan cara dipanaskan pada temperatur 100°C selama + 1 jam.
3. Siapkan kantong polibag berukuran 18 cm x 30 cm dan lubangi bagian samping dan bagian dasar sebanyak 10 buah.
4. Isi kantong polibag dengan media semai sampai sebatas + 1,5 cm dari permukaan kantong.
5. Susun polibag yang telah diisi media semai pada bedengan yang telah diberi naungan.
6. Polibag telah siap untuk ditanami benih jambu mete.
Penanaman benih mete
Tahapan dalam penanaman benih dapat dilakukan sebagai berikut: Perlakuan benih, sebelum benih disemai, sebaiknya direndam dalam air selama + 24 jam. Perendaman benih ini bertujuan mempercepat perkecambahan. Untuk mencegah penularan penyakit, pada air rendaman tersebut dapat ditambahkan fungisida dengan dosis sesuai anjuran.
1. Buat lubang tanam di persemaian dengan kedalaman 5 cm dan jarak antarbenih di persemaian 5 cm x 5 cm. Benih ditanam sedalam 2 cm - 3 cm dengan posisi telungkup, baik persemaian maupun di polibag. Setiap lubang tanam diisi 1 biji. Kemudian lubang ditutup tanah tipis-tipis dan disiram air secukupnya.
2. Pada persemaian vegetatif, jarak lubang antar benih 50 cm agar kelak mudah dalam melakukan penyambungan (grafting).
3. Pada permukaan bedengan yang telah ditanami benih sebaiknya ditutup mulsa jerami untuk mengurangi penguapan.
Pemindahan benih mete di polibag
Benih jambu mede yang telah disemai akan berkecambah dalam waktu 10-20 hari setelah tanam. Benih yang telah berkecambah dapat dipindah pada kantong polibag yang telah diisi media tanah. Caranya, cabut bibit secara hati-hati dengan menggunakan cukil.
Untuk memudahkan pengangkatan bibit, sebaiknya media tanahnya disiram dengan air. Selanjutnya, bibit dipindah di kantong polibag yang telah disiapkan. Bibit mete yang telah ditanam segera ditempatkan pada bedengan yang telah disiapkan.
Pemeliharaan bibit di persemaian.
Kegiatan pemeliharaan bibit jambu mete di persemaian meliputi penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama.
1. Penyiraman.
Kegiatan penyiraman bibit hanya dilakukan pada waktu tertentu, terutama jika kelembapan tanah dalam polibag berkurang/kering. Waktu penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari.
2. Penyiangan.
Penyiangan dilakukan jika sudah terlihat pertumbuhan gulma mulai pertumbuhan bibit dalam polibag maupun di antara polibag dalam bedengan. Pencabutan gulma dalam polibag harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai menusuk akar bibit jambu mete.
3. Pengendalian hama & penyakit.
Penyemprotan secara kimiawi dapat dilakukan secara rutin dua minggu sekali untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Jika ada bibit yang terserang penyakit layu bakteri, sebaiknya dikeluarkan dari lokasi pembibitan agar tidak menular. Bibit yang terserang layu bakteri ini kemudian dibakar.
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara penyambungan, pencangkokan dan perundukan cabang bagian bawah. Namun perbanyakan tanaman mete yang sering dilakukan adalah penyambungan (grafting).
Penyambungan adalah menyatukan masing-masing batang yang akan disambungkan (batang atas dan batang bawah) dengan cara melukai, kemudian bagian yang luka tadi dilekatkan menjadi satu dan diikat dengan tali.
Apabila sambungan tadi berhasil, kedua bagian yang disambungkan tadi akan menyatu menjadi "satu individu baru". Teknik penyambungan pada tanaman jambu mete dapat dilakukan dengan 4 cara.
- 1. Penyambungan bentuk celah "Clef Grafting".
- 2. Penyambungan susuan "Aproach Grafting".
- 3. Sambung pucuk "Top Grafting". 4. Penyambungan bentuk miring "Splice Grafting".
Teknik penyambungan yang berhasil dan telah dikembangkan dalam kegiatan pembibitan adalah sambungan bentuk miring dan sambungan bentuk celah.
Sebelum melakukan kegiatan penyambungan, bibit perlu dibuatkan naungan untuk melindungi bibit sambungan yang baru dari sinar matahari langsung. Lokasi naungan harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya dan dibuat menghadap ke timur.
Tinggi naungan sebelah timur 2 m dan sebelah barat 1,75 m, terbuat dari tiang bambu dan beratap alang-alang atau daun kelapa kering. Beberapa hal mengenai teknik penyambungan jambu monyet dapat dilakukan sebagai berikut:
A. Teknik penyambungan bentuk miring
Siapkan batang bawah asal biji dalam polibag yang telah berumur 2-3 bulan, bebas dari hama dan penyakit, dan pertumbuhannya normal. Untuk batang atas (entres) diambil dari pohon induk terpilih.
Cara penyambungan.
1. Ambil ujung ranting dari pohon induk terpilih sepanjang 10 cm, lalu dipotong miring ke kiri sepanjang 4 cm. Selanjutnya ujung daun dipotong hingga tersisa 3/4% bagian.
2. Batang bawah asal biji yang telah dipilih juga dipotong miring ke kanan dengan ukuran dan diameter sama dengan batang atas (entres).
3. Penyambungan dilakukan dengan cara melekatkan batang bawah dan entres pada bagian yang dipotong miring, kemudian diikatkan erat dengan pita plastik dari bawah sambungan sampai bagian ujung sambungan.
4. Bibit yang telah disambung diberi sungkup plastik transparan yang telah diberi lubang untuk menjaga kelembapan dalam sungkup.
5. Bibit sambungan yang telah berumur 20 hari, balutan sambungan dapat dibuka dan periksa hasil penyambungannya. Apabila telah terjadi perlekatan dan pada sambungan terlihat hijau, berarti penyambungan tersebut berhasil.
B. Teknik penyambungan bențuk celah
Siapkan batang bawah asal biji dalam polibag yang telah berumur 2-3 bulan, pertumbuhannya normal dan bebas hama & penyakit. Sementara itu, batang atas diambil dari pucuk ranting dari pohon induk terpilih.
Cara penyambungan.
1. Batang bawah dipotong setinggi 15 cm-20 cm dari pangkal batang. Ujung potongan tersebut dibelah di tengah-tengah sepanjang 4 cm-5 cm, sehingga bentuknya seperti huruf V.
2. Batang atas dipotong 10 cm-20 cm, kemudian batang disayat sebelah kiri kanan pada bagian pangkalnya, sehingga berbentuk kayu runcing. Panjang sayatan ± 3 cm. Ujung daun juga disisakan 13 bagian.
3. Masukkan batang atas pada belahan batang bawah sampai seluruh luka sayatan masuk kedalam celahan batang bawah. Selanjutnya, hasil sambungan tersebut diikat dengan tali rafia sampai rapat. Pembalutan dimulai dari bawah sambungan sampai bagian ujung sambungan.
4. Bibit sambungan diberi sungkup plastik transparan untuk menjaga kelembapan tanaman.
5. Bibit yang telah berumur + 20 hari setelah penyambungan, balutan dibuka lalu pertautan diperiksa. Apabila terjadi perlekatan dan sambungan terlihat berwarna hijau berarti penyambungan telah berhasil.
Pemeliharaan bibit sambungan
Apabila bibit-bibit sambungan ditempatkan dalam sungkup plastik berbentuk setengah lingkaran dengan atap plastik transparan, harus mendapat perlakuan sebagai berikut:
A. Bibit sambungan yang telah berumur 21 hari, kedua ujung sungkup dibuka mulai pukul 06.00 -12.00 selama seminggu.
B. Bibit sambungan yang telah berumur 30 hari, sungkup dapat dibuka seluruhnya mulai pukul 06.00-12.00 selama dua minggu dan setelah itu sungkup dibuka sepanjang hari hingga siap salur.
Pada pemeliharaan bibit sambungan ini, perlu dilakukan wiwilan pada tunas-tunas yang tumbuh pada batang bawah. Kegiatan wiwilan ini dapat dilakukan 5 hari sekali. Di samping itu, penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama/penyakit merupakan faktor penting agar tanaman dapat tumbuh normal dan sehat.
Persiapan Lahan
Tanaman jambu mete selain sebagai tanaman yang produktif juga bermanfaat sebagai tanaman penghijauan, dan tanaman konservasi dalam rehabilitasi lahan kritis. Tanaman jambu mede banyak ditanam di lahan kritis, terutama pada lahan dengan kemiringan 30° hingga 50°.
Keadaan topografi tanah tidak banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, hanya biaya awal yang harus dikeluarkan lebih besar daripada mengusahakan tanaman jambu mete di daerah datar.
Penanaman Bibit Di Kebun
Kebanyakan tanaman jambu mete diusahakan di lahan kering dengan sistem pengairan terbatas, sehingga waktu tanam bibit mete di kebun yang paling baik dilakukan pada awal musim penghujan.
Oleh karena bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air selama masa pertumbuhannya.
Tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan saat menanam jambu mete di kebun adalah penentuan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, cara menanam bibit dan penyulaman.
1. Penentuan jarak tanam
Pengaturan jarak tanam pada tanaman jambu mete harus disesuaikan dengan jenis jambu mete yang dibudidayakan. Untuk varietas jambu mete bertajuk lebar, maka jarak tanamnya harus lebih lebar daripada varietas jambu mete bertajuk sempit.
a. 6 mx8 m: jarak dalam barisan 6 m dan jarak antar barisan 8 m dengan jumlah tanaman 229 pohon per hektar. b. 8 m x 10 m: jarak dalam barisan 8 m dan jarak antar barisan 10 m dengan jumlah tanaman 137 pohon per hektar. c. 12 m x 12 m: jarak dalam barisan 12 m dan jarak antar barisan 12 m dengan jumlah tanaman 76 pohon/hektar.
2. Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan dan lubang tanam ini harus sudah dikerjakan 1,5 bulan sebelum tanam bibit. Ukuran lubang tanam adalah 50 cm x 50 m x 50 m.
Adapun cara membuat lubang tanam sebagai berikut. Tanah digali menjadi dua bagian:
a. bagian atas digali 30 cm dan tanah bagian bawah digali 20 cm.
b. Galian tanah bagian atas ditempatkan sebelah kiri lubang tanam dan galian tanah bagian bawah berada di sebelah kanan.
C. Lubang tanam yang telah dibentuk, dibiarkan beracun, selama 1 bulan agar terjadi pengasaman zat-zat beracun.
d. Selanjutnya, tanah lapisan bawah yang telah dicampur dengan pupuk kandang (2 kg/lubang) dimasukkan lebih dulu lalu disusul tanah lapisan atas. Setelah itu, lubang tanam dibiarkan selama 5 hari sebelum ditanami bibit jambu mete.
3. Waktu tanam
Penanaman bibit jambu mete yang paling baik adalah pada pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB atau sore hari setelah pukul 15.00 WIB. Penanaman bibit jambu mete mengakibatkan tanaman layu walaupun telah disiram air, karena akar-akar bibit mete masih belum berfungsi secara sempurna.
Cara menanam bibit
Tahapan-tahapan penanaman bibit jambu mete dalam lubang tanam sebagai berikut. Penanaman bibit jambu mete dalam polibag:
1. Buat lubang tanam sebesar media semai bibit tepat berada di tengah lubang tanam yang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm dilakukan per tanaman.
2. Siram media bibit jambu mete sampai basah lalu bibit beserta tanahnya dilepas dari kantong polibag. Selanjutnya, bibit beserta tanahnya dimasukkan dalam lubang tanam. Timbun lubang tanam dengan tanah galian tadi sampai sebatas leher akar sambil ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri tegak.
3. Selesai penanaman, bibit jambu mete disiram air secukupnya dan diberi mulsa jerami untuk menjaga kelembapan tanah.
Penyulaman
Bibit jambu mete yang telah tertanam tidak seluruhnya tumbuh baik. Hal ini disebabkan banyak faktor, misalnya bibit kurang sehat atau kekurangan air. Penyulaman harus segera dilakukan jika terlihat ada tanaman yang terserang penyakit atau pertumbuhannya lambat. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang memiliki umur sama.
Batas penyulaman terakhir dilakukan sampai tanaman jambu mete berumur 2-3 tahun. Cabut tanaman yang sakit atau mati, lalu periksa tanah bekas cabutan. Apabila pada tanah bekas cabutan tersebut ditemukan penyakit harus diberi obat sebelum bibit sulaman ditanam pada tempat yang sama.
Pemeliharaan Tanaman
Tanaman jambu mete akan tumbuh dengan optimal dan berproduksi tinggi jika dipelihara dengan baik dan benar. Kegiatan pemeliharaan tanaman jambu mete meliputi penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan penjarangan.
1. Penyiangan
Selama tanaman jambu monyet berada dalam masa pertumbuhan, tentunya akan diikuti oleh pertumbuhan rumput-rumput liar yang tidak dikehendaki di sekitar tanaman mete. Apabila gulma ini terus dibiarkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman mete.
Karena gulma menjadi pesaing dalam hal kebutuhan air, unsur hara, dan sinar matahari. Oleh karena itu, gulma tersebut harus segera disiang baik yang berada di sekitar tanaman maupun yang berada di antara tanaman jambu mete.
Kegiatan penyiangan gulma minimal dilakukan 4 bulan sekali, bergantung pada keadaan pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut atau menggunakan cangkul secara hati-hati jangan sampai merusak perakaran tanaman.
2. Pemupukan
Pemupukan susulan yang diberikan pada tanaman bertujuan untuk mengganti unsur-unsur hara yang telah diserap oleh tanaman. Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk kimia maupun pupuk organik. Pupuk diberikan dua kali dalam setahun yakni ½ dosis diberikan pada awal musim penghujan dan ½ dosis diberikan pada akhir musim hujan pada tanaman mete hingga berumur 2 tahun.
Setelah pupuk tersebut dimasukkan dalam lubang yang telah ditentukan lalu ditutup kembali dengan tanah. Lakukan penyiraman agar pupuk tersebut cepat larut dan dapat diserap oleh tanaman.
3. Pemangkasan
Pemangkasan perlu dilakukan umtuk membentuk percabangan yang bagus dan tajuk yang luas, terutama pada tanaman yang masih muda (belum berbuah). Sementara itu, pada tanaman yang pernah berbuah, pemangkasan hanya bersifat pemeliharaan dengan cara membuang semua tunas dan ranting yang berada di dalam tajuk, serta bagian-bagian pohon yang terserang hama dan penyakit.
4. Penjarangan
Tanaman jambu mede yang telah berumur 3-4 tahun biasanya ujung tajuk tanaman sudah saling bertemu antara satu tanaman dengan tanaman sebelahnya. Untuk itu, perlu dilakukan penjarangan agar kualitas dan produksi buah tetap tinggi. Tahapan penjarangan tanaman jambu mete dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Kegiatan penjarangan dilakukan pada awal musim penghujan atau seusai musim panen agar pertumbuhan tanaman tetap optimal.
b. Penjarangan dilakukan dengan menebang barisan tanaman secara berselang-seling, sehingga yang semula jarak tanamnya 5 m x 5 m maka setelah penjarangan menjadi 10 m x 10 m.
C. Penjarangan pada tahun keempat atau kelima, tergantung pada pertumbuhan tajuk.
Penjarangan pada tanaman jambu mete bertujuan mengatur sirkulasi udara dalam kebun dan panas sinar matahari. Dalam kondisi ini diharapkan suasana kebun tidak terlalu lembap, sehingga akan mengurangi serangan penyakit yang disebabkan oleh cendawan.
Semoga bermanfaat
Hart sltg
Komentar
Posting Komentar